Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hati-Hati Memberikan Nomor Pribadi Sebelum Berakhir Penyesalan

11 Juni 2021   22:50 Diperbarui: 12 Juni 2021   09:10 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorangyang Terganggu Mendapatkan Pesan dari Pihak Tidak Dikenal. Sumber Envato Elements

Tadi siang seorang sahabat curhat kepada saya karena kesal dan terganggu dengan tingkah seseorang yang baru dikenal. Awalnya sahabat saya ini mendapat pesan pribadi dari seseorang di akun sosialnya sekedar kagum dengan pencapaian dirinya. Orang tersebut bermaksud ingin sharing dan meminta kontak pribadi agar mudah berkomunikasi. 

Sahabat saya ini memang tipe terbuka dan antusias jika ada orang lain ingin sharing pengalaman atau sekedar bertanya seputar informasi yang ingin diketahui. Namun ekspetasi berujung pada penyesalan. 

Sahabat saya justru merasa risih dan terganggu dengan pesan yang dikirimkan oleh orang tersebut. Ekspetasi chat berupa sharing namun ternyata lebih ke chat personal dan menyimpang dari tujuan awal. 

Hal lebih tragis pernah dirasakan oleh teman saya lainnya. Dirinya berkenalan dengan seorang cowok di salah satu aplikasi kencan dan saling bertukar nomor ponsel pribadi. Seiring waktu teman saya merasa tidak menemukan kecocokan dan mulai mengabaikan kenalannya tersebut. 

Ironis, si cowok kesal dan justru menyebarkan kontak si cewek ke berbagai sosial media dengan kalimat yang tidak pantas dan bahkan menghina derajat seorang wanita. Kejadian itu membjat dirinya merasa depresi dan trauma untuk sekian lama. 

Jika bertanya apakah saya pernah merasa menyesal memberikan kontak pribadi? Saya jawab pernah. 

Saya teringat sekitar tahun 2015, saya sempat membuka tabungan di salah satu bank swasta. Saya mengisi form pembukaan rekening dengan memasukan nomor telepon yang kebetulan baru saja digunakan. 

Nomor tersebut memang baru dipakai karena nomor kartu seluler sebelumnya rusak dan saya malas untuk proses pergantian sehingga membeli kartu baru. Nomor itu bahkan saya hanya gunakan untuk paketan internet dan mendaftar rekening tabungan tersebut. Artinya hampir tidak ada teman atau keluarga yang tahu nomor tersebut. 

Kekesalan saya muncul ketika selang beberapa lama, ada nomor kantor yang menghubungi nomor saya tersebut. Ternyata itu adalah kontak marketing asuransi dan kartu kredit. Saya sempat bertanya darimana mendapat nomor saya apalagi si marketing tahu identitas saya seperti nama.

Kecurigaan saya mengarah bahwa data saya digunakan oleh pihak ketiga saat saya membuka tabungan karena nomor tersebut baru saya gunakan untuk membuka rekening tabungan dan hanya untuk paketan internet saja.

Berkaca pada pengalaman diatas saya sadar bahwa ternyata ada bahaya yang tanpa kita sadari ketika terlalu mudah membagikan kontak personal. Apa saja dampak bahaya yang mungkin bisa terjadi? 

1. Privasi Terganggu

Pada kasus yang menimpa saya, saya merasa privasi terganggu karena dihubungi oleh pihak tidak dikenal. Niat hati hanya membagikan kontak untuk membuka tabungan ternyata nomor dihubungi oleh pihak telemarketing asuransi dan kartu kredit secara berulang kali. 

Berdasarkan informasi dari teman yang berprofesi sebagai telemarketing. Ada pihak yang sengaja menjual data pribadi seseorang untuk pihak tertentu. Biasanya kepada mereka yang membutuhkan data calon konsumen prospek potensial seperti asuransi, kartu kredit, investasi berjangka, KPR dan sebagainya. 

Ketika privasi terganggu, ada ketakutan tersendiri dalam hati dan menerka-nerka pihak mana saja yang sudah mengetahui data pribadinya.

2. Resiko Terkena Penipuan

Pernah sobat kompasiana menerima telepon dari seseorang mengaku oknum polisi yang lagi menangkap salah seorang anggota keluarga dan meminta ada uang jaminan untuk membebaskan anggota keluarga yang terkena masalah atau seseorang mengaku dari rumah sakit dan menginfokan bahwa ada anggota keluarga yang mengalami kecelakaan dan butuh dana untuk operasi? Padahal kondisi itu adalah fiktif alias karangan oknum yang tidak bertanggungjawab. 

Muncul pertanyaan darimana oknum penipu tersebut mendapatkan nomor kita? Tidak sedikit mereka mengetahui nama, alamat atau data personal diri kita. Hal ini bisa jadi karena kita tidak teliti ketika memberikan nomor pribadi kepada orang lain atau formulir tertentu. 

Saya pernah membaca berita bahwa ada seseorang yang panik dan melakukan instruksi yang diminta oleh si penelepon karena menganggap informasi tersebut benar. Dirinya baru mengetahui menjadi korban penipuan ketika sudah melakukan transfer sejumlah uang yang diminta. Harapannya hal ini bisa dicegah sedari dini. 

3. Berpotensi Menerima Tindakan Tidak Menyenangkan atau Penyebaran Kontak Tanpa Ijin

Kejadian yang menimpa teman saya diatas yaitu nomornya disebar oleh orang tidak bertanggungjawab dengan tujuan ingin mempermalukan atau membalas dendam tentu bentuk perbuatan yang tidak menyenangkan. 

Teman saya bukanlah satu-satunya orang yang menerima tindakan seperti itu. Ada banyak oramg yang mengalami hal serupa dengan motif tersendiri. 

Bisa jadi maksud baik untuk saling bertukar kontak telepon justru berakhir dengan kekecewaan, kemarahan atau bahkan trauma psikis bila ada perbuatan yang tidak menyenangkan seperti menyebarkan kontak tanpa ijin.

Saya kini ketika ada seseorang meminta kontak seseorang yang ada di daftar kontak telepon. Saya berusaha meminta ijin terlebih dahulu. Khawatir jika yang bersangkutan tidak berkenan atau menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi. 

Apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya preventif dari hal-hal seperti diatas? 

Belajar dari pengalaman saya ataupun orang sekitar. Kini saya mulai bisa mengantisipasi kejadiaj tersebut. 

Pertama, Pisah Kontak Personal dengan Kontak Khusus. 

Kini banyak gadget atau gawai yang memberikan fasilitas 2 kartu yang bisa digunakan bersamaan. Saya memanfaatkan fasilitas ini untuk memisahkan kontak personal dengan kontak khusus seperti kontak bisnis atau kerja. Pada kontak personal lebih digunakan untuk keluarga, kerabat maupun teman terdekat. Kontak satunya digunakan untuk urusan kerja. Tujuannya jikalau kontak bisnis ada masalah, saya tidak terlalu pusing untuk mengganti nomor.

Kedua, Teliti Dalam Mengisi Formulir. 

Saya kini ketika mengajukan pembukaan buku rekening, kartu kredit atau sebagainya. Saya membaca dengan detail isi form. Saya pastikan untuk menconteng kolom yang bertuliskan tidak bersedia data digunakan pihak ketiga. 

Bahkan saya mewanti-wanti Customer Service bahwa saya keberatan jika data personal diberikan pada pihak lain. Ini agar privasi dan data personal tetap aman serta tidak disebarluaskan. 

Ketiga, Gunakan Kontak Terpisah dan Data Nama Alias

Ketika saya melakukan registrasi online untuk E-Commerce, tiket online dan sebagainya. Saya mendaftar dengan kontak khusus dan memilih menggunakan nama alias seperti nama panggilan teman atau semasa kecil. Contoh saya menggunakan nama tengah atau belakang dari nama saya dibandingkan nama depan. 

Tujuannya ketika ada oknum penipu, saya langsung sadar dan lebih mudah untuk menghindar. Ini karena si oknum tidak mendapatkan data diri secara benar dan bahkan saya tahu pihak atau aplikasi mana yang menyebarkan kontak saya. 

***

Itulah beberapa hal yang perlu kita waspadai. Kita tidak pernah tahu apakah orang yang kita berikan kontak bisa amanah atau justru adalah oknum yang tidak bertanggungjawab. 

Jangan sampai niat hati baik untuk memberikan kontak personal justru berakhir dengan penyesalan dan trauma tersendiri. Apabila ada sobat Kompasiana yang mengalami kejadian seperti diatas. Yuk saling berbagi di kolom komentar. Siapa tahu bisa menjadi tambahan informasi bagi pembaca. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun