Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Suami Takut Istri, Apakah Terindikasi KDRT?

13 Juli 2020   10:14 Diperbarui: 13 Juli 2020   10:34 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Suami Takut Istri. Sumber Merdeka.com

Pertama, ketika suami sudah mengganggap rumah sebagai tempat yang tidak nyaman atau melihat istri sebagai sosok yang menyeramkan artinya suami sudah mengalami kekerasan psikis. Pasangan suami istri yang normal pasti senang menghabiskan waktu bersama. Suami semangat pulang ke rumah karena ingin menemui istrinya tercinta dan pembicaraan antara suami-istri terasa ringan. 

Saya melihat kekerasan psikis disini berupa ketakutan dan perasaan terteror hingga munculnya rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, dan hilangnya kemampuan untuk bertindak. Merunjuk pada definisi KDRT dimana kekerasan psikis menjadi salah satu indikatornya maka depresi suami karena karakter atau sifat istri yang membuatnya tertekan dapat dikategorikan KDRT.

Kedua, hegemoni istri terhadap pengelolaan keuangan dan mengabaikan hak suami. Ketika istri terlalu menguasai pengelolaan keuangan rumah tangga tanpa memperhatikan hak dan kebutuhan suami maka ini dapat dikategorikan kekerasan ekonomi.

Ketika gajian umumnya suami memberikan seluruh pemasukan kepada istri untuk dikelola. Namun istri mengabaikan hak dan kebutuhan suami dan justru suami takut untuk meminta haknya. 

Contoh kasus suami harus rela bekerja pulang pergi ke kantor berjalan kaki karena istri tidak memberikan uang operasional kepada suami, istri menghamburkan uang suami untuk kebutuhan pribadi namun kebutuhan suami tidak dipenuhi.

Ketiga, hilangnya jati diri suami sebagai kepala keluarga. Ini terjadi ketika suami memilih menurut dan takut ketika istri sudah mulai membentak, marah atau melakukan tindakan fisik. 

Posisi suami sebagai kepala keluarga yang harusnya memimpin dan mengarahkan istri dan anak justru sebaliknya istrilah yang mengatur suami. Kondisi ini membuat hilangnya peran suami sebagai kepala rumah tangga. Dampak yang terjadi suami menjadi kurang percaya diri dan merasa inferior.

Contoh sederhana seperti yang ada di youtube ketika suami nurut untuk memasak karena istri mengeluarkan instruksi dengan nada marah. Suami menurut karena takut menjadi konflik dan merasa inferior di depan istri. Rasa percaya diri pun terasa hilang karena mengganggap istrinya lebih berkuasa dibandingkan dirinya.

Seharusnya dalam rumah tangga, posisi suami dan istri haruslah seimbang. Ketika salah satu pihak merasa paling berkuasa atau superior dan melakukan penekanan kepada pasangannya maka ini dapat bibit terjadinya KDRT.

Berdasarkan fenomena ini dapat terlihat bahwa sebenarnya KDRT tidah hanya terjadi pada perempuan. Pria pun dapat menjadi korban namun mereka enggan bercerita karena adanya perasaan malu ketika menjadi sosok inferior dalam rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun