Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Panggung Asia di Punggung Prabowo

4 Mei 2024   04:26 Diperbarui: 4 Mei 2024   17:54 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepulauan Maluku (Koleksi Pribadi)

Perjalanan ke China, Jepang, dan Malaysia setelah dinyatakan menang Pilpres 2024 adalah langkah konsolidasi Prabowo dalam bidang pertahanan. Intuitif, tetapi sangat akurat dan strategis. Seorang menteri yang langsung bertemu dengan orang pertama di tiga negara yang disinggahi. Di tengah kecamuk peperangan yang dilakukan Russia atas Ukraina dan Israel atas Gaza -- Palestina, Asia menjadi ladang perebutan sumber energi antar negara bertetangga. China, India dan Indonesia yang berada di benua Asia diperkirakan sebagai tiga dari lima negara paling tinggi pertumbuhan ekonominya tahun 2045, di luar Amerika Serikat dan Brazil yang berada di benua Amerika. Perang Vietnam dan Perang Korea di abad 20, telah menyeret kekuatan militer Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Eropanya, pun China dan sekutu-sekutu Eropanya, adalah pelajaran pahit bagi generasi pemimpin Asia abad ini.

Tentu, malapetaka bakal berkuah darah, apabila peluru dan mesiu hadir di tengah petani, nelayan, dan pedagang yang bersemangat di kawasan pertumbuhan kemakmuran paling tinggi planet bumi ini untuk satu, dua, atau lebih generasi nanti. Abad 21 tak perlu menyeret perang besar-besaran di kawasan Asia, umumnya, dan Asia Tenggara, khususnya. Jika diakumulasikan, walau sama sekali tak punya kerjasama di bidang pertahanan, negara-negara yang bergabung dalam ASEAN memiliki kekuatan militer jauh lebih besar lagi. Indonesia berada di rangking ke 15 di dunia, menyusul Vietnam dan Thailand di urutan ke 28 dan 29. Myanmar ke 39, Singapura ke 42, dan Malaysia ke 48. 

Tanpa perlu mengatakan lebih tegas, Prabowo tentu sedang berpikir dan bekerja ke arah itu. Pengembangan bidang pertahanan dan militer bukan kerja kata-kata dan banyak bicara. Di luar Vladimir Putin dan Benjamin Netanyahu yang berlatar belakang militer, Prabowo Subianto menjadi sosok kepala negara dan kepala pemerintahan yang punya kredensial serupa. Tak banyak negara punya orang-orang yang berpengalaman dengan perang, ketika ancaman konflik berupa perang terbuka sedang mengemuka.

***

Sejak usia 10 tahun, yakni menempuh sekolah menengah, hingga menempuh pendidikan komando militer di Amerika Serikat, begitu juga tugas sebagai prajurit di Timor Leste dan bahkan peristiwa penyelamatan sandera di Mapenduma (Papua) 1996, Prabowo diidentikan dengan 'Barat'. Sejumlah media luar negeri berpengaruh di dunia Amerika Serikat, Eropa dan Australia tahun itu, sudah langsung menyebut sebagai the next leader in Indonesia. PRRI/PERMESTA yang melibatkan Soemitro Djojohadikusumo dan berbuah kepada pelarian politik ke luar negeri, juga dibawah sokongan Barat, terutama pihak intelijen Amerika Serikat dan Australia.  Kepemimpinan Presiden Soeharto yang membelokan kereta republik ke arah kanan, setelah selama kepemimpinan Presiden Soekarno disebut berbelok ke kiri, juga bias Barat.

Soedjatmoko sempat mengutip Trotsky: 'Tak boleh ada musuh di sebelah Kiri.'

Masalahnya, apakah China itu Kiri?


India juga Kiri?

Jepang dan negara-negara lain di Asia itu Kiri?

Posisi ideologis Prabowo dalam dua Pilpres dikenal dekat ke Kanan, tetapi bukan Kanan dalam dimensi diametral (berlawanan) dengan Kiri seperti China dan Russia. Kanan yang menggurita di media sosial adalah kalangan Islamis yang punya kecenderungan militan dan fundamentalis. Dan selama bergabung dengan pemerintahan Joko Widodo, posisi Prabowo yang Kanan itu kembali lagi ke Tengah. Dan kini, Tengah dalam skala besar dan luas sedang digerakkan. Dalam senyap. 

Tak ada lagi perbenturan dengan Kanan atau Kiri, Barat atau Timur. Tengah menjadi semacam primus inter pares yang sedang membentuk karakter dan kepribadian sendiri. Tanpa perlu sematan atau diksi Macan Asia atau Naga Asia seperti yang digunakan ilmuwan Eropa dan Amerika Serikat.

Manakala Prabowo nanti bekerjasama lebih luas dengan China, Russia atau India, dibandingkan dengan negara-negara Eropa, Australia atau Amerika Serikat, tak bisa diartikan ia sudah berkiblat atau berbelok ke Kiri. Prabowo tentu sedang menjahit dan meramu pemahaman ideologis yang terjadi sejak kecil dan remaja menjadi buah ranum dalam kepentingan bangsa dan negara. Prabowo juga tak hendak sedang membangunkan lagi dinasti politik yang berasal dari mertua, Presiden Soeharto. Ia sudah meruntuhkan segala sendi dan pilar kepentingan jangka pendek itu dalam perjalanan politiknya.

Punggung Prabowo terlalu penuh dengan beban kebangsaan. Dan beban antar bangsa...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun