Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Papua dalam Sangkar Pasifik

5 September 2019   05:58 Diperbarui: 6 September 2019   05:11 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapolda itu menyambut dengan baik dan seperti "berikrar" agar buku Ratulangie itu dibaca juga jajaran kepolisian di bawahnya. Ketika Irjen Polisi Boy Rafli pindah tugas menjadi Kapolda Papua, penulis sama sekali tak menyampaikan pesan yang sama.

Soalnya, hubungan intelektual dengan Uda Boy sudah lebih lama, dibanding dengan Kapolda tadi.

Papua pun belum masuk benak penulis sebagai sabuk terdepan kehadiran Indonesia di Pasifik. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan di Papua, dibandungkan dengan langsung menjadikan sebagai haluan armada bumi Nusantara yang jauh lebih besar dari armada Pamalayu Singosari atau armada Palapa Majapahit.

Ratulangie sama sekali tidak menyebut Papua secara khusus. Bagi Ratulangie, Papua dan daerah-daerah lain hanya bagian dari Hindia Belanda yang menjadi jajahan Belanda.

Secara tersirat, Ratulangie sebagai satu di antara sekitar 200an orang bangsa Indonesia yang bekerja sebagai pegawai Hindia Belanda, sudah melihat bahwa Indonesia bakal merdeka. Bukan hanya Indonesia, tetapi juga seluruh bangsa lain yang dijajah oleh Inggris, Perancis, hingga Belanda, Spanyol dan Portugis bakal menjadi inti dari kehadiran Pan Aziatisme setelah berhasil memerdekakan diri.

Apa yang sudah ditulis Ratulangie itu, pun dipidatokan oleh Sukarno dalam Indonesia Menggugat, sudah, sedang, dan hampir menjadi kenyataan. Indonesia dengan beragam keunggulannya, disebut sebagai unsur yang paling pasif dalam kehadiran dan kebangkitan Pan Aziatisme itu. Unggul secara geografis, sumberdaya alam, hingga posisi sosio-(religio)-kultural ternyata tak disertai sikap aktif, apalagi agresif.

Walau, layak dicatat, Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) lahir dari prakarsa Indonesia sebagai tuan rumah, dengan Ir Hartarto Sastrosoenanto, Menteri Koordinator Bidang Produksi dan Distribusi RI, sebagai pimpinan sidang di Bogor pada tanggal 15-16 November 1994. Deklarasi Bogor mencatat penurunan bea cukai hingga nol dan lima persen di lingkungan Asia Pasifik untuk Negara maju paling lambat tahun 2010 dan untuk Negara berkembang selambat-lambatnya tahun 2020.

Ratulangie sudah jauh-jauh hari menekankan betapa Moscow-lah yang paling menikmati keuntungan dengan masalah komunisme (internasional, sebagaimana sering diingatkan Tan Malaka) kontra kolonialis.

Bagi Ratulangie, baik negara-negara nasionalis yang anti Barat ataupun anti Moscow, sama-sama mampu bekerja sama dalam bingkai negara kapitalis. Sederhananya, sebagai sesama bangsa saudagar atau bangsa pedagang.

Negara-negara Kompleksitas Selatan adalah negara-negara kolonial yang lebih lama bersentuhan dengan kekuatan dagang Inggris, Belanda, Portugis, hingga Spanyol dan Perancis.

Di Utara, terdapat negara-negara merdeka. Lalu, terdapat negara-negara yang merdeka atau setengah merdeka, seperti Thailand, China dan Philipina. Peta yang tentu berubah pascaperang dunia kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun