Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Setelah Gerpolek, Apa?

21 Agustus 2019   06:12 Diperbarui: 21 Agustus 2019   08:00 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Naga asal Pulau Socrota, Yaman, mampu hidup 300 tahun. Sumber: Wikimedia.

Namun, ketika Pan Islamisme diperlakukan mirip dengan kapitalisme oleh Stalin: Tan bereaksi. Bagi Tan, Islamisme kompatibel dengan nasionalisme. Pan Islamisme sama sekali berbeda dengan revivalisme kekhalifahan Turki Utsmani, misalnya.

Gerakan budaya inilah yang penting dewasa ini, ketika bahasa "pembangunan infrastruktur" terus mengalami repetisi. Gejolak yang terjadi di Papua terasa bertolak belakang dengan kemajuan pembangunan jalan dan jembatan yang dilakukan dalam lima tahun terakhir. 

Konsentrasi massa tanggal 21-22 Mei 2019 di depan Kantor Bawaslu menunjukkan pilihan politik dan ekonomi sama sekali berbeda dengan lanskap pemikiran berlatar budaya para demonstran. 

Pergerakan kaum menengah perkotaan yang seakan emoh dengan aksara-aksara berbau ekonomi, makin memperlihatkan bahwa gerakan budaya sedang berbaris menuju garis depan.

Tentu, saya tidak berbicara tentang revolusi kebudayaan sebagaimana pernah terjadi di China. Saya juga tak hendak mewajibkan para sarjana atau kaum terpelajar mengganti laptop mereka dengan sekop dan cangkul. Saya juga tak hendak membandingkan dengan Restorasi Meiji di Jepang. 

Restorasi Meiji secara mendasar memundurkan kaum bangsawan, daimyo (tuan tanah feodal), dan samurai (militer) ke belakang, digantikan kaum pedagang, petani dan nelayan. 

Gerakan budaya yang mau dijalankan di Indonesia, silakan menjadi bagian dari agenda masing-masing komponen kebudayaan.

Ketika bersua dengan sahabat sejak masa kuliah yang kini menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, kami mendiskusikan pelbagai persoalan terkait kesenian dan kebudayaan.

Anies mengatakan betapa perbenturan atau perbedaan pendapat yang memunculkan pro-kontra terhadap kebijakannya, seringkali terjadi pada tahap imaginasi. Imaginasi kontra imajinasi. Padahal, objek yang dibicarakan sama sekali belum berbentuk.

Bagi saya sebagai aktivis teater kampus, imajinasi adalah kekuatan. Tidak ada yang lebih kuat dari imajinasi. Para penyair mengurai kata dan kalimat, dengan imajinasi. 

Aktor-aktor teater ketika membawakan naskah teater dalam pentas kecil, sedang hingga besar, sudah pasti menggunakan imajinasi atas “maksud” dari penulis naskah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun