Walau sebagian publik masih menolak, jumlah warga negara yang ingin segera menikmati realisasi program yang ditawarkan selama kampanye jauh lebih banyak. Apalagi, Jokowi identik dengan kerja, kerja dan kerja.Â
Hampir seluruh relawan yang berasal dari kalangan kampus memberikan simbolisasi itu dalam bentuk jaket, ikat kepala, bandana atau karikatur kepada Jokowi dalam setiap deklarasi. Jokowi juga acapkali menyebut bahwa tanggung-jawab sebagai presiden kurang tepat diberikan kepada orang yang masih ingin coba-coba dalam menjalankan pemerintahan.
Dalam sejumlah wawancara, Jokowi sudah menyebutkan kriteria menteri yang bakal masuk kabinet. Satu-satunya yang bakal dipertahankan adalah Mochamad Basoeki Hadimoeljono.Â
Sulit bagi siapapun untuk tak bersetuju dengan pilihan pertama Jokowi ini. Basoeki, kelahiran 5 November 1954, adalah menteri yang bersifat primus inter pares. Nama kedua yang disebut Jokowi adalah Bahlil Lahadia, kelahiran 7 Agustus 1976. Bahlil sudah menjadi "legenda hidup" bagi banyak anak muda dengan kisah hidup yang pelik. Â
Pilihan nama yang lain? Sudah bisa dibuka ke publik. Tinggal dicocokkan dengan empat nama yang sudah ada, yakni Jokowi, Ma'ruf Amin, Basoeki Hadimoeljono dan Bahlil Lahadia.Â
Empat sosok yang barangkali kurang gagah, dibandingkan dengan generasi baru yang sudah lebih tinggi, tampan dan bergizi. Empat nama yang punya keahlian khusus yang lebih dari satu. Plus multitasking. Empat nama yang sudah berbuat, bukan hanya berbual. Empat nama yang bisa lebih sering pakai kain sarung, dengan senyum yang tak terpaksa, ketimbang berjas rapi.
Empat nama yang mengejawantahkan filosofi, paradigma, hingga operasionalisasi Jokowinomics, plus Ma'rufnomics. Jika memang punya kesamaan dengan keempat nama itu, bisa jadi punya peluang lebih besar untuk masuk kabinet. Kalau lebih banyak perbedaan? Tetap punya peluang, mengingat nomenklatur kabinet pun tak sama...
Jakarta, 07 Juni 2019