Mohon tunggu...
M. Saifuddin Abd Rouf
M. Saifuddin Abd Rouf Mohon Tunggu... -

MAHASISWA PBA UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Motivasi Guru bagi Penghafal Alquran

26 September 2018   23:34 Diperbarui: 26 September 2018   23:41 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Bagi seseorang yang memeluk agama islam, pegangan agama yang harus menjadi pedoman adalah kitab suci al-qur'an, dalam riwayat hadits menyatakan bahwa sebaik-baiknya umat muslim adalah yang mempelajari al-qur'an dan mengajarkannya. Mempelajari bermakna sebagai upaya internal individu untuk melakukan perbaikan pribadi sedangkan mengajarkannya memiliki nilai dakwah yang wajib dilakukan terhadap sesama muslim. Dengan demikian, individu yang mempelajari al-qur'an diberikan banyak keistimewaan sekaligus tanggungjawab untuk menyebarkan apa yang dipelajarinya kepada orang lain melalui jalan dakwah.

           Adapun keutamaan membaca dan menghafalkan al-qur'an adalah individu yang mengamalkannya akan menjadi sebaik-baiknya orang, dinaikkan derajatnya oleh Allah, al-qur'an akan memberi syafa'at kepada orang yang membacanya, Allah menjanjikan akan memberikan orang tua yang anaknya menghafalkan al-qur'an sebuah mahkota yang bersinar (pahala yang luar biasa). Hati orang yang membaca al-qur'an akan senantiasa dibentengi dari siksaan, serta dijauhkan dari penyakit menua yaitu kepikunan.

            Proses yang dijalani oleh seseorang untuk menjadi penghafal al-qur'an tidaklah mudah dan sangat panjang. Dikatakan tidak mudah karena harus menghafalkan isi al-qur'an dengan kuantitas yang sangat besar terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata dan 32.3015 huruf. Menghafal al-qur'an bukan pula semata-mata menghafal dengan mengandalkan kekuatan memori, akan tetapi termasuk serangkaian proses yang harus dijalani oleh penghafal al-qur'an, setelah mampu menguasai hafalan secara kuantitas, konsekuensi dari tanggung jawab menghafal al-qur'an yang tidak mampu menjaga hafalannya maka perbuatannya dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk dosa. Oleh karena itu, selain membutuhkan kemampuan kognitif yang memadai kegiatan menghafal al-qur'an juga membutuhkan kekuatan tekad dan niat yang lurus. Dibutuhkan pula usaha yang keras, kesiapan lahir dan bathin, kerelaan dan pengaturan diri yang ketat. Pengaturan diri yang ketat ini dalam istilah psikologi dapat disebut sebagai regulasi diri (self regulation). Pengaturan diri merupakan proses kepribadian yang penting ketika seseorang berusaha untuk melakukan kontrol terhadap pikiran, perasaan, dorongan-dorongan dan keinginan serta kinerja.

          Kegiatan menghafal al-qur'an tentunya menuntut kemampuan regulasi diri yang baik serta dituntut untuk selalu meminta bimbingan kepada gurunya. Hal ini berkaitan dengan syarat menghafal yang berat yaitu harus mampu menjaga kelurusan niat, memiliki kemampuan yang kuat, disiplin dalam menambah hafalan dan menyetorkannya depada guru serta mampu menjaga hafalan al-qur'an.

            Berdasarkan pengalaman, saya mendapati bahwa permasalahan yang biasa dialami oleh penghafal bersumber dari beberapa hal yaitu : materi hafalan, guru yang membimbing, kondisi santri, metode menghafal dan lingkungan pesantren. Selanjutnya, karena menghafal al-qur'an harus dibawah bimbingan seorang guru maka proses menghafal mau tidak mau juga tergantung pada bimbingan seorang guru, proses tersebut akan membuah hasil yang sangat berpengaruh terhadap hafal al-qur-an.

            Motifasi dari eksternal dan internal adalah hal-hal yang menggerakkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku individu terhadap pencapaian suatu tujuan. Pada umumnya motivasi terbesar penghafal bersifat transendental yang didasari oleh keyakinan akan adanya jaminan bagi penghafal al-qur'an bahwa Allah akan menjaga hidupnya. Selain itu penghafal al-qur'an juga termotivasi oleh cerita atau pengalaman dari gurunya sehingga menjadi inspirasi untuk selalu menjaga dan memuroja'ah hafalan al-quran. Hal ini menggambarkan bahwa dalam proses menghafal seorang pembimbing atau guru yang menyimak hafalannya menjadi motivasi personal dengan ditopang oleh adanya motivasi transendental seperti keyakinan akan janji Allah dan lain-lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun