Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kumpulkan Koin Anda, Lalu Lihat Apa yang Terjadi?

8 Juli 2011   06:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13101056642087260592

“Ndra, ini uang kamu?”

“Iya Nek...”

“Diambil dong...”

“Cuma 100 kok Nek”

“Ndra, wlau Cuma 100 tapi kalau sempat kamu punya uang banyak, tapi kurang 100 gak bakal jadi 1 Milyar”

Itulah kira-kira dialog dengan nenek di waktu saya masih kanak-kanak (kira-kira kelas 3 SD). Waktu kecil saya sering mendapat uang receh dari nenek. Ketika membeli jajanan, kembaliannya ada yang berupa pecahan 100 rupiah. Uang itu sering saya campakkan di atas meja belajar atau kasur. Nenek pun berulang kali mengingatkan agar saya tidak berlaku demikian, walaupun uang itu dalam nominal yang kecil.

Saran tetaplah saran, mungkin karena olahan di otak-ku ini masih tidak expert, sehingga berlalu begitu saja. Kadang saya mengulanginya beberapa kali, akibatnya nenek sudah bosan mengingatkanku.

Hari ini, saran dari nenek ternyata tidak berlalu begitu saja di kuping saya. Kalau kata orang, masuk telingan kanan, keluar telingan kiri. Tapi, karena tidak umum jadi arahnya berlawanan untuk saya, masuk telinga kiri lalu keluar telingan kanan. Maka dari itu, saran nenek di waktu kecil itu masih melekat di sensor saraf memori saya (benar gak ya?).

Tak sengaja, sewaktu masuk ke kamar mandi (jangan tanya mau ngapain), saya melihat satu koin uang receh Rp 100,-. Sempat tertunduk sejenak, dan saat itulah saya tiba-tiba teringat dengan saran nenek. Berasa kalau nenek masih di samping saya memberikan petuahnya. Kugapai uang itu, mengingat saya tidak tahu itu hak siapa, saya teriakkan pada rekan-rekan kos. Karena tidak ada yang mengakui, “baiklah saya ambil aja ya Bro?”. Semua mengiyakan. (Dramatis ya???Hahaha)

Uang itu saya masukkan ke dalam celengan kecil di kamar saya. Lalu berpikir, memang benar apa yang dikatakan nenekku. Andai saja kita punya uang 900 dan ingin membeli gorengan seharga 1000, terpaksa hanya menelan liur. Apalagi ketika kita bermaksud ingin membeli mobil seharga 150juta, tapi hanya punya uang 149.999.900 alias kurang 100 rupiah saja. Mungkin dealer gak mau rugi juga walau hanhya 100 rupiah. Lebih besar lagi, kita gak akan bisa dikatakan memiliki uang 1M kalau masih kurang 100, maka menyebutnya butuh banyak kata-kata. Bayangkan, hanya 100 Bro, Sist!

[caption id="attachment_118671" align="aligncenter" width="400" caption="Pic. By muhammad-ardi.blogspot.com"][/caption] Contoh lain misalnya, Koin untuk Prita, koi untuk Bilqis. Mereka pencetus program tersebut hanya ‘meminta’ kerelaan koin-koin yang saudara-saudari kumpulkan. Akhirnya dapat terkumpul dalam jumlah yang sangat besar dan tak pernah terkira. Ini membuktikan bahwa Rp 100,- sangat berharga. Terlebih lagi bagi saudara kita yang hidup di jalan. Berjalan menatap jalan raya, berharap beruntung menemukan uang koin dan mengumpulkannya hingga menjadi ribuan, puluhan ribu, hingga ratusan ribu untuk makan dan minum. Pengamen, dengan sabar mengumpulkan pecahan uang receh hingga akhirnya terkumpul menjadi nominal yang terkadan membuat kita iri, karena akhirnya nominal yang terkumpul dalam jumlah besar. Bahkan lebih besar dari penghasilan kita sehari-hari.

Sedari sekarang, sekiranya kita dapat lebih menghargai sekecil apapun nilai sejumlah uang. Baik itu recehan maupun kertas. Karena sekelil apapun nominalnya, akan mempengaruhi besar nominal uang tersebut. Hingga akhirnya memberikan manfaat untuk kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun