Mohon tunggu...
Indra Agusta
Indra Agusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - hologram-Nya Tuhan

Cantrik di Sekolah Warga, Suluk Surakartan dan Sraddha Sala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wabah: Terus Cuci Tangan dan Jangan "Cuci Tangan"

29 Maret 2020   20:15 Diperbarui: 29 Maret 2020   20:20 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seven Sleepers, Menologion of Basil II

PANGGUNG

Sampai hari ini baru kabupaten Tegal pemerintah daerah yang mengumumkan secara resmi lockdown, sangat percaya diri dengan anggaran 2 miliar dan sustainbility sampai 4 bulan untuk penduduk di wilayahnya. Dan langkah ini sekaligus menampar otoritas pemerintah pusat dalam mengkalkulasi betapa gentingnya sebuah situasi. Atau dalam kacamata lain pemerintah lebih siap untuk mempertahankan putaran ekonomi yang relatif stabil daripada men-stop putarannya, kemudian mengalokasikan untuk backup bertahan hidup masyarakat.

Pemertahanan putaran ekonomi tentu juga akan berbanding lurus dengan tenggat waktu pelunasan hutang, beberapa kredit yang macet, serta deal-deal sebelumnya yang harus dibayar dimasa kini. Dan lagi-lagi tidak ada jaminan hidup bagi masyarakat bawah.

Naifnya, pemerintah baik di pusat maupun daerah seperti menjadikan ini panggung untuk yang "paling" bisa mengatasi wabah, berlomba menciptakan solusi singkat seperti desinfektan, kebersihan lain atau slogan-slogan himbauan untuk mencuci tangan, jauh dari apa yang diharapkan oleh pakar-pakar. Entah sampai level mana para saintis bergerak meneliti dan mencoba menelaah ini wabah tentu ini juga sebuah ujian terhadap kaum intelektual kita untuk ikut berkiprah bersama-sama secara global.

Media terus menerus memblowup pengakuan tokoh demi tokoh yang terjangkit, namun dengan nada menggaet popularitas, bahkan ingin menunjukkan bahwa dirinya paling transparan. Pada sebagai subjek tidak begitu penting mengingat yang kita butuhkan sekarang adalah pengawasan total dan transparansi data semua wilayah, bukan hanya mencuri panggung.

Hal yang tak kalah mengecewakan tentu adalah permintaan khusus para anggota dewan dan keluarganya yang ingin jadi prioritas untuk dilakukan pengecekan terhadap wabah, sementara itu dokter-dokter dan tenaga kesehatan bertumbangan sampai meninggal untuk mengatasi ini wabah, rumah sakit menjadi minim APD, dan negara lagi-lagi tidak memberikan penjaminan kepada tenaga yang menjadi alat mereka untuk memenangkan ini pandemik. Sangat ironis.

Pemerintah kini sedang memesan alat pendeteksi virus ini dari Cina, tak tanggung-tanggung langsung 500.000 unit, jumlah yang sama seperti yang didonasikan Jack Ma ke US tanggal 17 Maret 2020 lalu. Mari kita awasi proses kedatangan sampai distribusinya, dan semoga kualitasnya tidak seperti yang diberitakan Spanyol dan Ceko hari ini.

Ternyata akurasi alat tes virus dari Cina, tersebut hanya kurang dari 30 % akurasi kevalidannya dalam menganalisis positif atau tidaknya seseorang terkena virus.

ANOMALI

Indonesia secara demografi memang hidup dengan budaya sosial yang cukup tinggi. Selain kepanikan karena hubungan erat antar entitas sosial ini terjadi begitu saja. Akhirnya juga memunculkan beragam anomali yang patut untuk diacungi jempol. Sekalipun ini akan menampar pemegang kekuasaan bahwa mereka juga tidak bisa mengurusi ini hanya dengan alat negara. Rakyat menunggu akhirnya usaha secara rasional terjadi di desa-desa secara simultan.

Setelah berbagai macam tutorial membuat masker, dan masker darurat menghiasi media sosial lalu banyak orang mempraktekkannya. Gelombang keduanya adalah desinfektan dan hand sanitizer, saya sendiri mendapat broadcast dari kawan yang bekerja di instansi kesehatan. Bahwa desinfektan bisa dibuat dan tidak mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun