Mba ayupun terlihat membalas senyuman Alan, dengan manja ia berkata, "bisa aja adek ini."Â
Tak lama, Alan kembali menggigil, kali ini bukan takut atau kedinginan sungguhan, tapi merasa grogi karena jemari Mba Ayu sudah berada tepat diantara ruas jemarinya.
Perlahan-lahan kedua jemari tersebut saling menggenggam erat, seperti tengah mengikat kuat satu sama lain.
Setelahnya, entah apa yang diperbuat oleh Alan dan Mba Ayu berlama-lama duduk diatas bangku taman, mereka hanya berdua diantara remang-remang malam, dingin dan basah.
Suara jangkrik dan burung tekukur terdengar sepanjang malam, hingga lampu-lampu taman pun satu persatu meredup dan mati.
Setelah terdengar suara ayam jantan berkokok diiringi adzan subuh yang berkumandang, Alan terlihat tengah tertidur pulas dibangku taman.
"Mba..mba, udah cape mba," dalam tidurnya Alan mengigau.
Sinar mentari pagi mendarat tepat diwajah Alan, membuatnya terbangun dipagi cerah dihari minggu.
Ia terkesiap melihat sekelilingnya, sepi dan hening tak ada seorangpun disana, termasuk Mba Ayu sudah tak terlihat berada disampingnya.
Seperti orang yang linglung, Alan berjalan kesana kemari, sambil mengingat-ingat dimana ia memarkirkan sepeda motornya malam tadi.
Dengan langkah yang lunglai, Alan berjalan sendirian dan masih tak habis pikir, kemana perginya Mba Ayu dan bagaimana dia bisa sampai tertidur pulas dibangku taman.