Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Filipina Kembali Klaim Sabah Timur, Sinyal Darurat Soliditas ASEAN

21 September 2020   22:29 Diperbarui: 21 September 2020   23:13 1439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot Google maps (dokpri)

Dinamika Laut China Selatan tak henti menyeret negara-negara ASEAN kedalam pusaran konflik China melawan AS, setelah kedua negara tersebut, secara bergantian menebar pengaruh dan provokasi kepada negara yang berkepentingan atas Laut China Selatan.

Sukses mendapatkan karpet merah di Taiwan, sepertinya AS semakin gencar melakukan manuver-manuver untuk memancing peperangan terbuka atas China, dengan atau tanpa dukungan negara ASEAN.

Sebuah respon atas sikap ASEAN yang tegas, bahwa ASEAN tidak ingin dihadapkan pada pilihan untuk  mendukung AS atau China, pada konflik Laut China Selatan.

Meskipun bersengketa dengan China, namun dibidang ekonomi dan kesehatan terkini, negara ASEAN sangat bergantung pada kerjasama dengan China.

China merespon tak kalah sengit, setelah mendapat lampu hijau untuk proses kerjasama pertahanan dengan Brunei Darussalam, disusul aksi parade pesawat tempur China diteritorial udara Taiwan, beberapa hari lalu, sebuah pesan penting terhadap keberadaan militer AS di Taiwan.

Negara ASEAN yang bersengketa dengan China, terkait klaim Nine Dash Line adalah Filipina, Malaysia, Vietnam dan Indonesia.

Dari negara negara tersebut, yang paling mesra hubungan militernya dengan AS adalah Filipina, pun jika tidak karena pandemi, mereka tentu sudah melaksanakan latihan Perang bersama, dibulan Maret 2020.

AS telah menyatakan komitmennya untuk membantu Filipina dalam mengawal putusan sidang PBB tahun 2016, atas kemenangan Filipina melawan China, terkait hak atas zona ekonomi eksklusif Filipina dilaut China Selatan.

Rasa percaya diri Filipina cukup tinggi, bahwa bukan hanya wilayah laut yang dapat mereka menangkan, dalam sidang arbitrase internasional, namun juga terkait hak mereka atas daratan diwilayah Sabah Timur, yang mulai luput dari perhatian internasional.

Wilayah Sabah Timur, telah lama diupayakan Filipina sejak tahun 1962 - 1966, berbarengan dengan konfrontasi antara Indonesia-Malaysia saat itu, hasilnya sudah diketahui kemudian, bahwa Inggris raya yang notabene sekutu, sebagai pemenang perang dunia ke 2, mustahil dilawan dengan jalan angkat senjata.

Saat ini Indonesia sudah tidak lagi mempermasalahkan konfrontasi dengan Malaysia, diawal dibentuknya negara itu oleh kolonial Inggris, tapi tidak bagi Filipina, yang hingga hari ini masih mempertahankan klaimnya atas wilayah Sabah timur.

Berbekal perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1878 antara Sultan Sulu dan North Borneo Chartered Company, menyatakan bahwa sewa atas tanah Sabah Timur telah berakhir pada tahun 2013.

Screenshot media sosial (dokpri)
Screenshot media sosial (dokpri)

Dipicu oleh statement dimedia sosial, yang disampaikan mantan duta besar Filipina untuk PBB, hingga pemanggilan duta besar Filipina untuk Malaysia, oleh kementerian luar negeri Malaysia, kemudian keluarnya statement bantahan atas klaim tersebut, oleh kementerian luar negeri Malaysia.

Namun bagi Filipina, persoalan itu belumlah selesai, teranyar mereka mempersiapkan Rancangan undang-undang, untuk menyertakan wilayah Sabah timur kedalam peta pasport terbaru.

Namun Malaysia sepertinya tidak ambil pusing atas klaim tersebut, mengabaikan seiring waktu berjalan, terbukti telah meredam klaim tersebut berpuluh-puluh tahun lamanya.

Tentunya ketegangan kedua negara yang sama-sama tergabung dalam ASEAN, hanya akan menjadi batu sandungan atas soliditas yang terjalin selama ini, lebih jauh akan menjadi jalan keberpihakan salah satu negara ASEAN, kepada dua negara adikuasa yang tengah mengambil ancang-ancang di Laut China Selatan.

ASEAN dibawah kepemimpinan Vietnam, dihadapkan pada masa-masa sulit, selain menghadapi pandemi Covid-19, Ekonomi yang kian menurun, juga dihadapkan pada krisis Laut China Selatan.

Tantangan Vietnam saat ini, bersama negara anggota ASEAN, dalam menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian diwilayah Asia tenggara, adalah soliditas dari negara-negara anggota ASEAN itu sendiri.

Pecah perang mungkin masih jauh, tapi sentimen antar bangsa yang dipupuk terus menerus, hanya akan meningkatkan kemungkinan pecahnya rasa persatuan dan kerukunan antar anggota ASEAN.

Filipina dan Malaysia harus mengakhiri polemik seputar teritorial, setidaknya sampai China terbangun dari mimpi panjangnya, tentang histori dinasti-dinasti dimasa lalu, yang mereka tumpahkan dalam garis imajiner pada peta laut China Selatan.

Lalu apa pentingnya untuk stabilitas keamanan Indonesia?

Kondisi keamanan laut dikepulauan sekitar Mindanao, Jolo dan Basilan yang merupakan wilayah kekuasaan Filipina, dan dekat dengan Sabah Timur, masih menjadi ancaman serius bagi nelayan dan pelaut Indonesia.

Di mana telah berulang kali, pelaut dan nelayan Indonesia, disandera dan dijarah kelompok bersenjata, kelompok separatis yang berafiliasi pada ISIS dan belum dapat sepenuhnya dikendalikan pemerintah Filipina.

Suatu ambisi yang besar, namun tidak dibarengi dengan kompetensi mumpuni memang, namun hal itu tidak berlaku kala menyangkut soal harga diri sebuah bangsa.

Hal ini bisa menjadi lebih buruk, jika diperparah dengan konflik bersenjata antar negara diwilayah tersebut!

Jangan bicara dulu soal perang, jika kedua negara tetangga ini, hanya menurunkan armada tempur kewilayah konflik saja, yang dekat dengan perbatasan negara kita, maka otomatis anggaran pertahanan dan keamanan Indonesia, tentu akan tersedot lalu terbuang diperbatasan.

Hal yang mubazir, untuk sebuah perang yang bukan milik kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun