Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Di Kasus Luis Suarez, Barcelona Ikuti Jejak Real Madrid

24 September 2020   00:46 Diperbarui: 24 September 2020   00:54 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luis Suarez | fcbarcelonanoticias.com

Minggu sore, 12 Juli 2015 bertempat di ruang konfrensi pers Stadion Santiago Bernabeu, puluhan pewarta hadir di tempat tersebut. Tak berselang lama, muncul pria dengan kemeja biru, bercelana cream duduk di depan para pewarta. Ia datang sendirian tak ditemani satu pun pejabat Real Madrid.

Dengan berurai air mata, pria yang telah mengabdi selama 25 tahun menjelaskan kepada para pewarta bahwa dirinya sudah bukan lagi bagian dari klub Real Madrid. Air mata tak terbendung saat pria itu baru akan berbicara. Sesekali ia teguk air minum yang ada di depannya. Hanya sekedar untuk menenangkan diri.

Kilatan lamputan blitz menerjang wajahnya yang memerah karena menahan tangis. Siapa sangka mengabdi selama 25 tahun dan mempersembahkan belasan trophy, perpisahannya harus sepahit itu. Tapi itu fakta yang diterima Iker Casillas saat itu.

"Sampai waktunya jalani momen penuh air mata. Baca ini mungkin butuh 30 detik saja, tapi ternyata bisa satu jam membaca salam perpisahan ini," ucap Casillas.

"Saya datang ke sini untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Anda semua, utamanya Real Madrid. Sejak kemarin, saya bukan lagi pemain Madrid" tambahnya.

Siapa juga yang menduga, Casillas kemudian memilih untuk melanjutkan karier di perantauan, di tanah Portugal bersama FC Porto. Tempat yang kemudian ia mendapat serangan jantung pada Mei 2019.

"Keputusan hijrah ke Porto dikarenakan dukungan dari pelatih dan presiden mereka. Selain itu, fans Porto juga menyambut saya dengan baik. Terimakasih sudah percaya kepada saya," ucap kiper bernama lengkap Iker Casillas Fernndez tersebut.

Momen pahit seperti ini tentu tak seharusnya didapat seorang Casillas. Mari kita bandingkan dengan pemain di klub lain. Francesco Totti misalnya. Sama-sama berkarier selama 25 tahun, Pangeran Roma mendapat perpisahan yang lebih layak.

Bertempat di Stadion Olimpico pada Mei 2017, Totti melakoni laga terakhirnya bersama Il Lupi. Melawan Genoa di pekan terakhir Serie A musim itu, Totti mendapat 'pesta' di Olimpico. Selain Roma menang 3-2 atas Genoa kala itu, Totti mendapat upacara perpisahan yang layak.

"Momen ini akhirnya tiba. Sayangnya, momen ini datang ketika saya tak pernah mengharapkannya." ucap Totti. Tak seperti Casillas, yang memuji klub lain yang jadi persinggahan terbarunya kala itu, Totti berulang kali mengucapkan rasa terima kasih kepada klub.

"Sulit untuk menjelaskan 28 tahun hidup saya bersama Roma. Saya ingin menganggap karier saya seperti dongeng. Saya akan melepaskan baju [AS Roma] saya untuk yang terakhir kalinya. Jadi izinkan saya untuk sedikit takut." ungkap Totti.

Kembali ke Real Madrid. Ini bukan kali pertama El Real melakukan hal tersebut kepada legendanya. Ingat Pangeran Bernabeu? Ya Raul Gonzalez pun mengalami momen sama pahitnya dengan Casillas.

Raul dengan terpaksa harus pindah dari El Real pada 2010 dan melanjutkan karier di Schalke 04. Manajemen Madrid meragukan ketajaman si Pangeran karena usianya sudah 33 tahun. Raul pun diberi opsi untuk bisa pensiun di Madrid tapi harus menerima menjadi pemain cadangan layaknya Manuel Sanchis.

"Saya memutuskan untuk pergi dari Madrid. (Jose) Mourinho sendiri ingin saya bertahan di sana," ujar Raul mengenang.

Bukan hanya Raul dan Casillas, Madrid pun terbiasa melakukan hal seperti itu kepada para legendanya seperti Fernando Hierro. Maka tak heran jika kemudian mereka melakukan hal sama saat ini kepada Gareth Bale.

Publik mungkin mengira bahwa hanya Madrid yang bisa setega itu dengan pemain yang memberikan banyak gelar ke klub. Tapi faktanya, Barcelona saat ini pun melakukan hal serupa.

Kasus Luis Suarez jadi bukti nyata bagaimana Josep Maria Bartomeu bikin Barcelona ikuti jejak Real Madrid.

Dikutip dari laporan Marca, Suarez, Rabu (23/9/2020) waktu setempat berpamitan dengan rekan-rekan dan seluruh staf pelatih Barcelona. Eks striker Liverpool itu bahkan kedapatan kamera mengelap air mata saat berada di mobil ketika meninggalkan tempat latihan Blaugrana.

"Pemain berusia 33 tahun itu terlihat menyeka matanya di belakang kemudi mobil saat dia bersiap untuk mengakhiri masa tinggal selama enam tahun di Nou Camp," tulis media Inggris, The Sun.

Publik pun bereaksi. Sosial media, Twitter mencatat tagar #TerimaKasihLuisSuarez menjadi trending topic di Indonesia. Pengabdian Suarez selama 6 tahun berakhir begitu saja. Kedatangan Ronald Koeman jadi faktor Suarez untuk berhenti menjadi pemain Barca.

Tujuh hari lalu, Koeman sebenarnya sudah menegaskan bahwa dirinya masih membutuhkan Suarez. Tapi pernyataan eks pelatih Belanda itu bercabang. Satu sisi menyebut membutuhkan namun sisi lain menyinggung soal peluang Suarez untuk hengkang dari Nou Camp.

"Suarez akan menjadi salah satu anggota skuad jika ia bertahan," ujar Koeman kepada TV3.

"Saya sudah berbicara dengan Luis pada pagi ini. Kami akan menunggu untuk melihat apakah ada jalan keluar atau tidak. Kami menghormati kontrak dan, sejak hari pertama, kami sudah mengatakan bahwa jika ia bertahan, maka dia akan menjadi bagian dari skuad." tambahnya.

Apa yang dialami Suarez mungkin dianggap manajemen Barca cukup wajar. Ia hanya 6 tahun membela Barca. Toh Blaugrana melakukan upacara perpisahan yang layak untuk Andres Iniesta dan Xavi beberapa tahun lalu. Suarez kasarnya bukan siapa-siapa di Nou Camp. Mungkin itu yang ada di pikiran jajaran Bartomeu.

Kasus Luis Suarez seperti menjadi puncak gunung es terkait masalah di internal Barca. Beberapa bulan lalu publik dibuat terhenyak soal masa depan Lionel Messi. Tarik ulur masa depan Messi membuat Bartomeu jadi bulan-bulanan fan. Mosi tidak percaya kepada Bartomeu pun sampai digagas oleh pendukung Blaugrana.

Namun jika kembali ke soal legenda atau bukan, nyatanya tak semua pemain yang memiliki kontroibusi besar mendapat perlakuan istimewa di akhir kariernya. Toh, jika bicara legenda, ia akan tetap selalu hidup di hati para penggemarnya meski klub atau manajemen menganggap ia bukan siapa-siapa.

Mengutip dari Fiersa Besari, "Terkadang, pertemuan dan perpisahan terjadi terlalu cepat. Namun kenangan dan perasaan tinggal terlalu lama." itu yang akan dirasakan para penggemar Barca terhadap sosok Luis Suarez. #TerimaKasihLuisSuarez

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun