Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ekspresi Jose Mourinho Hanyalah Gambaran Lagu "L'allenatore"

8 November 2018   12:41 Diperbarui: 9 November 2018   19:28 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi Jose Mourinho usai kemenangan Man United di Juventus Stadium | Reuters/Stefano Rellandini

Musik dan sepak bola memiliki hubungan 'panas' selama bertahun-tahun. Keduanya tampak begitu saling melengkapi meski kadang persetubuhan mereka tak selamanya harmonis. Suara chant dari tribun memang kadang menjadi nada indah yang membuat laga sepak bola semakin mengigit.

Namun tak selamanya juga suara-suara dari tribun penonton bisa membuat nyaman, malah bisa membuat kebisingan nan kegaduhan. Tengok saja suara-suara vuvuzela yang terdengar nyaring selama perhelatan Piala Dunia 2010. Meski itu ialah kebudayaan lokal, tak selamanya suara vuvuzela membuat pertandingan nyaman untuk disaksikan.

Sejumlah musisi yang memiliki kedekatan akut dengan sepak bola pun banyak menghasilkan karya terinspirasi dari lapangan hijau. Di Italia sana, musik dan sepak bola seperti menjadi satu kesatuan yang sulit diceraikan. Banyak musisi handal dari negeri Pizza ini yang begitu larut dalam hasrat sepak bola dan menghasilkan lantunan nada mengasyikan.

Salah satu lagu dari musisi Italia yang begitu kental nuansa sepak bola berjudul L'allenatore' karya Gianni Morandi. Lagu yang diciptakan pada 2004 ini sangat pas menggambarkan ekspresi seorang Jose Mourinho usai mengantarkan Manchester United meraih kemenangan 2-1 atas Juventus Rabu, 08 November 2018 di Juventus Stadium, Turin, Italia.

Sebelum membahas pertautan antara lagu karya Morandi dengan aksi Mourinho di Juventus Stadium, ada baiknya membahas sedikit soal latar belakang aksi tersebut.

Jose Mourinho jadi sorotan publik setelah ekspresi kegembiraannya usai peluit panjang pertandingan ditiupkan wasit. Sembari berjalan ke tengah lapangan, The Spesial One memegang kupingnya seolah ingin mendengar suara-suara di para suporter Juventus atas hasil pertandingan.

Sontak saja aksi eks pelatih Real Madrid dan Inter Milan itu menuai protes dari sejumlah pemain Juventus. Paulo Dybala, jadi salah satu pemain Juventus yang sangat tidak terima dengan reaksi Jose Mourinho tersebut. Ini jadi aksi kedua Mourinho kepada suporter Juventus.

Sebelumnya di pertemuan pertama yang berlangsung di Stadion Old Trafford, Jose Mourinho sempat mengacungkan tiga jari ke arah suporter Juventus. Simbol tiga jari itu menurut Jose Mourinho sebagai peingat kepada fans Juventus bahwa saat berkarier di Serie A, ia mampu memberikan tiga gelar ke Inter Milan, salah satu musuh bebuyutan Juventus.

Jose Mourinho tentu memiliki alasan kuat mengapa ia acapkali melakukan tindakan provokatif semacam itu. Usia laga seperti dikutip dari skysports.com, Mourinho mengatakan bahwa aksinya tersebut tidak bermaksud untuk menghina. 

"Itu sebenarnya bukan penghinaan. Saya cuma ingin mendengar apakah mereka (fans) membuat komentar lagi atau tidak," ujar Mourinho.

Ya sebagai seorang pelatih dalam beberapa minggu terakhir, Jose Mourinho memang jadi sasaran tembak dari banyak pihak soal hasil tak konsisten Manchester United di sejumlah laga. Kritik pedas selalu menghantui Jose Mourinho saat timnya mengalami kekalahan, imbang, atau hanya meraih kemenangan tipis.

Menariknya Mourinho selalu berbesar hati untuk menundukkan kepala saat memang tim yang ia latih raih hasil buruk. Ia pun tahu kapasitasnya sebagai seorang pelatih dengan memikul tanggung jawab saat pemainnya bermain buruk.

 "Saya tetap mengatakan kepada mereka, jika ada yang harus menghadapi (kritik), itu adalah saya. Para pemain cuma harus menikmati permainan," kata Mourinho pada Oktober 2018 lalu.

Bagi seorang Morandi yang juga penggila sepabola dan sempat diangkat menjadi presiden kehormatan untuk klub Bologna, pelatih tim sepak bola itu ialah seperti itu. Lewat karyanya yang berjudul L'allenatore', Morandi menyebut bahwa pelatih adalah orang yang siap untuk menerima banyak hinaan dan kritik pedas saat timnya kalah.

"A volte soffia il vento in poppa ed altre volte ti affonda" tulis Morandi. Artinya terkadang angin bertiup kencang di buritan dan Anda tenggelam di dalamnya.

Morandi melanjutkan dalam liriknya, "Per vincere non che basta solo lottare//Bisogna dare tutto e potrebbe non bastare"  

Lirik di atas memiliki arti bahwa bagi seorang pelatih untuk meraih kemenangan tidaklah cukup hanya dengan bertarung gila-gilaan, Anda harus memberikan segalanya dan itu mungkin kadang tak cukup.

Mourinho paham betul sebelum kick off melawan Juventus, ia memiliki pemain yang secara kemampuan teknis tak jauh berbeda dengan skuat Juventus dan banyak pihak meragukan bahwa Red Devils bisa meraih kemenangan.

Prediksi itu mampu dibalikkan Mourionho dan membuat sakit seorang Max Allegri. Ia pun seperti ingin membuktikkan lirik selanjutnya Morandi yang bertutur seperti ini,

"Guardalo l'allenatore//Da cinquant'anni appresso ad un pallone//All'ultimo minuto puo' tradirti una palla", yang artinya, "Lihatlah pelatihnya, lima puluh tahun dalam sepak bola, di menit akhir Anda bisa lihat ia terkhianati oleh sepak bola."

Gambaran lirik di atas sindiran yang cukup telak untuk Allegri dan Juventus. Intinya lagu yang sangat kental dengan irama khas musik Italia ini menggambarkan bahwa di dunia sepak bola, hanya pemenang yang dianggap dan pecundang tak akan pernah tertulis namanya dalam sejarah indah.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun