Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Atlet Wanita Berjilbab, Memang Apa Masalahnya?

8 Oktober 2018   20:47 Diperbarui: 9 Oktober 2018   16:10 3789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miftahul Jannah | timesmedia.co.id

"Olahraga adalah kebutuhan, olahraga adalah hak semua orang, tidak mengenal batasan usia, latar belakang, budaya, ataupun agama. Olahraga adalah untuk semua," kata Raisa.

Raisa saat itu bahkan sampai membuat petisi untuk federasi basket internasional, FIBA untuk mencabut larangan untuk wanita berjilbab. Lewat situs Change.org, Raisa membuat sebuah petisi untuk FIBA agar menghapus larangan pemakaian jilbab di dunia basket internasional.  

Di aturan FIBA sendiri pada pasal 4 tentang Tim, poin 4.4 tentang Perlengkapan Lainnya tertulis, "4.4.2. pemain tidak boleh memakai perlengkapan (benda-benda) yang dapat menyebabkan pemain lain cedera, antara lain tutup kepala, aksesoris rambut dan perhiasan."

Aksi Raisa ini mendapat banyak dukungan dari banyak pebasket Tanah Air. Pihak federasi basket Indonesia, Perbasi juga ikut mendukung keinginan Raisa ini. 

Pihak Perbasi saat itu menunggu pihak FIBA untuk mencabut larangan tersebut seperti yang dilakukan oleh federasi sepakbola internasional, FIFA. FIBA sendiri memang hanya memperbolehkan atlet basket wanita untuk mengenakan hijab di tingkat kompetisi nasional saja.

Yang cukup menarik kemudian, pihak yang merasa bahwa alasan tersebut tak masuk akal menyebutkan bahwa jauh sebelum aturan itu berlaku, para wanita muslim berjilbab ini sudah lebih dahulu tanding di level amatir dan tak ada hal yang menganggu keamanan mereka.

Jurnalis Sarah Ghanem di beliefnet.com memaparkan bahwa sejumlah federasi olahraga yang menerapkan pelarangan jilbab hanya mencari-cari argumen tanpa melihat aspek yang lebih luas.

"Bagi wanita muslim, jilbab tak sekedar hanya menjadi bagian dari seragam olahraga mereka. Mereka sudah menggunakan jilbab jauh sebelum mereka memutuskan untuk menjadi atlet profesional. Bagi mereka, jilbab justru membuat mereka lebih nyaman mengikuti kompetisi di depan banyak penonton tanpa perlu khawatir apa yang mereka yakini soal menjaga aurat harus dipermalukan di depan penonton," tulis Ghanem.

Ditambahkan Ghanem di artikelnya bahwa jilbab bagi wanita muslim bukanlah satu rintangan melainkan peluang mereka untuk bisa menunjukkan eksistensi di arena olahraga. Fakatnya memang sejumlah wanita berjilbab meraih banyak prestasi internasional, sebut saja atlet anggar asal Amerika Serikat, Ibtihaj Muhammad, atlet taekwondo asal Mesir, Hedaya Wahba, atau atlet angkat besi asal Mesir, Sara Ahmed.

Prestasi yang mereka raih ini justru mematahkan alasan larangan berjilbab yang masih digunakan sejumlah federasi olahraga. Jilbab yang dikenakan wanita muslim di arena olahraga mendorong kita sebenarnya untuk bisa melihat olahraga dari sisi yang lebih luas, tak sekedar bagaimana si atlet berprestasi namun juga ada prinsip hidup dari dirinya yang tak bisa ditawar-tawar dan sudah selayaknya semua pihak menghormati tanpa harus membatasi ruang geraknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun