Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Cinta dan Kepemilikan

17 Maret 2017   06:22 Diperbarui: 17 Maret 2017   16:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik Film Labuan Hati

Seberapa sering kita mendengar kisah wanita yang terpaksa meninggalkan pekerjaan yang disukainya, menjauhi pergaulan, membatasi penampilan, mengerem ekspresi, dan membungkam aspirasinya karena dilarang oleh suaminya? Kisah-kisah semacam itu sering kita jumpai di kalangan teman-teman perempuan yang sudah menikah. Atas nama cinta, suami atau pasangan merasa berhak melarang kebebasan dan mengekang potensi perempuan. Tema tersebutlah yang ingin diangkat sutradara Lola Amaria lewat kisah Indi dalam film Labuhan Hati.

Indi adalah perempuan yang tergila-gila pada semangat petualangan dan jatuh cinta pada alam dan dunia traveling. Bagi Indi, menyelam adalah dunianya tempat ia menemukan sebuah perspektif  baru dalam memandang hidup. Tapi tunangannya yang bernama Ares adalah lelaki yang mengartikan cinta sama dengan komitmen. Ares ingin Indi berhenti bertualang dan menjelajah alam. Ares ingin keluarga menjadi fokus utama Indi saat sudah menikah nanti. 

Dan ternyata tidak sedikit perempuan yang bernasib sama seperti Indi. Tidak kita pungkiri juga di luar sana banyak sekali lelaki seperti Ares, lelaki yang memangkas potensi pasangannya atas nama cinta dan komitmen. Ketika seseorang mengaku mencintai pasangannya namun memaksa kekasihnya melakukan ini itu, maka hal tersebutlah bukan cinta. Ia hanya mencintai dirinya sendiri dengan membentuk pribadi kekasihnya menjadi seperti keinginannya. Pasangan bukanlah pemilik perempuan sepenuhnya. Cinta tidak bisa diartikan sebagai penghambaan secara total dari seorang perempuan kepada seorang lelaki. 

Menikah seharusnya tidak memangkas kebebasan seorang perempuan. Seperti halnya pria, perempuan juga berhak menjalankan hidup sesuai passion-nya. Relasi cinta dan pernikahan adalah sarana untuk menggabungkan dua potensi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai partner, tugas pria dan perempuan dalam pernikahan adalah sebagai penggerak dan pendorong agar masing-masing berkembang sesuai potensinya, menjadikan pasangan lebih hebat, berkualitas, dan bermanfaat dibanding saat melajang.

Menikah memang bukan bertujuan untuk mengekang kebebasan perempuan. Tapi saat sudah menikah nanti, sudah pasti ada kebebasan yang semakin berkurang. Memang butuh kompromi antara kedua belah pihak agar mencapai tujuan bersama. Pada akhirnya pernikahan bukan tentang siapa yang menang antara lelaki dan perempuan. Atau siapa yang berhak mendikte kehidupan seseorang dalam pernikahan. Pernikahan adalah kesepakan untuk menjadi lebih berkualitas, dan wadah untuk saling menggerakkan potensi diri.

Dalam film Labuhan Hati, Lola Amaria menangkap kegelisahan tersebut secara apik lewat tokoh Indi. Demi memenuhi keinginan Ares, Indi memutuskan melakukan petualangan untuk terakhir kalinya sebelum menikah. Dalam petualangannya tersebut, Indi menemukan jawaban atas kegelisahannya lewat interaksinya dengan tokoh-tokoh perempuan dalam film tersebut. Bagaimana kisah Indi selanjutnya?

Labuan Hati tidak hanya mengangkat isu tentang perempuan yang selama ini menjadi fokus Lola Amaria dalam karya-karyanya, namun juga mengemasnya dalam keindahan alam Labuan Bajo dan pesona dunia bawah laut kepulauan Komodo. Dibintangi oleh Nadine Chandrawinata, Ramon Y. Tungka, Kelly Tandiono, dan Ully Triana. Saksikan di bioskop kesayangan Anda mulai 06 April 2017. Kisah perempuan-perempuan yang bertautan di dalamnya akan membuat Anda memaknai kembali peran Anda dalam hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun