Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jaga Rasa, Hati dan Kata, Hadapi Benci dengan Cinta, Gelap dengan Terang

15 Mei 2018   09:31 Diperbarui: 15 Mei 2018   09:41 2432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak sekali hal terjadi di luar sana yang menghancurkan hati, membuat kita berduka dan sedih. Dan kadang kita bertanya, kenapa Allah izinkan semua hal itu terjadi? Tapi Allah tak pernah salah mengizinkan suatu hal terjadi. Karena gelap adalah awal dari terang, dan benci adalah celah bagi cinta.

Ada seekor semut di masa Nabi Ibrahim as. Ia tampak bergegas membawa air. Seekor gagak melihatnya dan ia pun bertanya, "Semut, untuk apa kau bawa air itu? Mau ke mana kamu?"

"Aku mau ke kota. Raja Namrud telah menyalakan api untuk membakar Nabi Ibrahim," jawab si Semut.

"Lalu air itu untuk apa? Aku tak mengerti," tanya Gagak lagi.

"Untuk mematikan api. Memang air ini sedikit, tapi aku ingin menegaskan posisiku di hadapanNya. Aku bukan makhluk yang tidak peduli. Aku ingin ikut berkontribusi, sekecil apapun. Kalau Allah bertanya nanti aku bisa mempertanggungjawabkan posisiku," tegas si Semut sambil terus bergegas. Tak dipedulikannya cemoohan dan tertawaan Gagak melihatnya membawa air untuk Nabi Ibrahim as.

Kenyataannya Nabi Ibrahim selamat. Bukan tidak mungkin selamatnya Nabi Ibrahim terjadi berkat berbagai doa sekalian makhluk di alam semesta, selain tentunya doa Nabi Ibrahim as sendiri. Doa inilah yang kini menjadi doa harian kita semua. Dan kalau sampai si Semut bisa menginspirasi banyak hewan lainnya di seantero Babilonia untuk membawakan air bagi Nabi Ibrahim as, bukan tidak mungkin yang awalnya kecil menjadi besar.

Kebaikan apapun, sekecil biji zarah sekalipun, selama ia didasari cinta kepadaNya, dihadirkan untukNya, akan membawa arti yang besar.

Keburukan tidak hanya ada di masa Raja Namrud Babilonia. Keburukan dan kebencian akan selalu ada selama bumi berputar. Keburukanlah yang membuka kesempatan kebaikan muncul. Kalau Raja Namrud tak mendzalimi Ibrahim, tak akan ada dongeng kepahlawanan semut seperti di atas. Cerita kebaikan yang terus didongengkan dari masa ke masa sampai saat ini.

Banyak teror di sekitar kita. Pemboman, penculikan, dan berbagai hal buruk lain yang menghancurkan hati, membuat kita semua menangis, adalah kelanjutkan cerita dunia. Kesempatan yang Allah buka untuk sebuah pertanyaan, apa yang kita lakukan dalam keburukan ini?

Gelap hanya bisa diatasi dengan cahaya. Kebencian hanya bisa dilawan dengan cinta. Keburukan hanya bisa dilawan dengan kebaikan. Marilah kita jauhkan umpatan, cacian, hinaan, dan berbagai keburukan lainnya untuk melawan keburukan. Lawanlah dengan cinta. Cinta pada kebaikan, seperti cinta semut pada Nabi Ibrahim as. Umpatan, cacian, makian akan membawa kita pada level yang sama dengan berbagai keburukan. Kebencian kita akan membawa kegelapan baru yang membuat gelap makin gelap. Simpanlah itu semua. Tetap jaga hati, jaga kata-kata, jaga perilaku dalam kebaikan.

Hanya cahaya yang bisa melenyapkan kegelapan. Hanya cinta yang bisa melawan benci. Hal apa yang bisa kita lakukan hari ini untuk memancarkan sinar kasihNya pada semua yang melakukan keburukan di sekitar kita?

Mengapa hal itu penting?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun