Mohon tunggu...
Indar Wijaya
Indar Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Cinta Perikanan dan Nelayan Indonesia// Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia // http://indarwijaya.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toleransi di Ujung Utara Indonesia

1 Oktober 2016   05:31 Diperbarui: 1 Oktober 2016   07:09 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dikeheningan malam desa dago ditemani secangkir kopi susu menghangatkan badan, sebuah desa yang terpisah dari ibu kota kabupaten sangihe, dengan pantai pelabuhan yang menjadikan tempat nelayan berkumpul menyambut harinya dengan senyuman. Desa dengan penduduk yang toleran dan ramah, desa dimana semua perbedaan adalah pemersatu. saya bersyukur bisa bertugas dan hadir ditengah masyarakat yang majemuk ini…. Meskipun berat rasanya jauh dari kota.

Banyak cerita yang kemudian saya dapatkan di kepulauan sangihe tahuna, cerita tentang kehidupan rakyat tahuna, dago dan seluruh masyarakat sangihe, cerita tentang arti sebuah toleransi antar ummat beragama, saling menghargai dan menjalin cinta kasih. Saya melihat masyarakat yang rajin dan taat beribadah. Jika anda berada disini maka akan semakin nampak keheningan desa-desa disni terlihat dihari libur hari minggu dimana semua aktifitas dihentikan dan warga mengikuti dan mengisi seluruh tempat beribadah bagi saudara kita ummat kristiani di gereja masing-masing. saya tak menemukan aktifitas yang berjualan disepnjang pedesaan apalagi kalau stok rokok habis bisa pusing tuju keliling hehe.

Disisi lain sebagai orang yang berkeyakinan berbeda dengan sebagian besar saudara-saudara saya di tahuna ummat muslim juga berbidah dengan nyaman dan khusyu di mesjid-mesjid, meskipun berada sebagai kaum minoritas akan tetapi ummat muslim dengan tenang dan damainya melaksanakan jumatan di mesjid-mesjid. sayapun berpikir bahwa sungguh indah perbedaan ini, sebagai bangsa yang besar bangsa Indonesia saya bersyukur dapat melihat langsung bagiman toleransi itu hadir dihati masyarakat, berbeda dibelahan bumi lain yang saling memaki, dan tidak sedikit melakukan pertumpahan dara hanya disebabkan perbedaan keyakinan,suku dll. Sejatinya kita patut belajar di kab sangihe ini meskipun berada diujung perbatasan NKRI akan tetapi rasa semangat persaudaran sebangsa dan setanah air sangat terjaga.

Saya bermimpi jika saja bangsa kita terus menjaga toleransi dan saling merangkul sesama tanpa didasari perbedaan suku dan agama seperti apa yang terjadi di tahuna maka saya kemudian yakin bangsa yang besar ini akan terus utuh hingga bumi runtuh sekalipun. Dan jika kemudian terjadi sebaliknya maka saya yakin seberapa kaya apapun sumberdaya alam bangsa kita akan cepat jatuh dan porak-poranda, tidak perluh puluhan tahun apalagi bisa bertahan sampai bumi ini hancur tahun depan saja bisa porak-poranda jika itu terjadi.

Oleh sebab itu dari pengalaman saya berada diujung utara Indonesia sekarang ini, saya ingin mengatakan bahwa kunci utama majunya sebuah bangsa akan terlihat jelas bagaimana tingkat rasa persaudaraan sesama anak bangsa, rasa saling menghormati meskipun berbeda keyakinan, dan saling memiliki satu hati satu jiwa bahwa (torang samua basodara) kita semua bersaudara.

Tulisan menyambut tahun baru islam 1 muharram 1438 H.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun