"Sudahlah...tak usah kaupikir macam-macam. Si Dahlia itu sudah jelas sayang sama kau. Kapan lagi kau bisa ketemu dengan gadis yang tulus seperti dia? Padahal kau ini kalau di mataku tidak ada menarik-menariknya..." ocehan merepet ala emak-emak keluar dari bibir bibi Wildah. Dia bibiku yang selalu berusaha menjodoh-jodohkan aku dengan perempuan yang dikenalnya.
Biasanya bibi lantas menyerah jika aku tak bereaksi. Kali ini dia berkeras. Alasannya Dahlia sungguh-sungguh cinta padaku. Dan katanya, aku lebih baik menikah dengan gadis yang mencintaiku bukan gadis yang kucintai. Entah teori apa pula itu yang dijejalkan bibi padaku.
Lagipula menikah ... astaga bibi, in this economy? Apa bibiku yang punya 3 toko grosir itu nggak paham kalau perekonomian sedang susah? Sudah setahun aku diPHK dan kini merintis usaha sendiri dengan tertatih? Lalu dengan apa aku memberi makan anak orang?
"Hai, kenapa kau diam saja seperti Gibran saja kau kulihat. Pusing mikir negara. Tak usah kau pikir negara ... itu urusan Prabowo Gibran. Kau cukup pikirkan Dahlia. Kalau kau pikir biaya kawin, jangan pusing. Sejak kedua orang tuamu tak ada, kau ini tanggungjawabku. Biaya nikah aku yang bayar semua. Termasuk bulan madu ke Timor Leste. Urusan pekerjaan, sudah kubilang kan, nanti pegang cabang toko yang mau kubuka di Timor Leste. Di sana kau berumah tangga dengan Dahlia. Beranak pinaklah kau di sana sambil mengembangkan tokoku."
Bibiku mulai kacau. Sayangnya dia memang donatur pada sebagian sejarah hidupku yang ditinggal mati orang tua saat aku masih sekolah. Donatur memang boleh ngatur-ngatur.
"Aku tidak paham kerja begituan, Bi."
"Tidak paham kalau terus berdiam dan tidak mau belajar. Percayalah pada bibi, berdagang lebih cepat menghasilkan uang daripada usaha konsultasi skripsi yang kau lakukan itu."
Selepas bekerja di sebuah lembaga pendidikan, aku memang membuka biro konsultasi skripsi, tesis dan disertasi. Walaupun judulnya biro konsultasi, kenyataannya para pelangganku tak pernah benar-benar berkonsultasi terkait tugas akhir kampus yang harus mereka selesaikan. Mereka biasanya tahu beres.Â
Mereka adalah orang-orang yang sudah muak berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya, lalu dikejar-kejar deadline harus menyelesaikan tugas akhir. Aku adalah jalan keluar. Naskah draft itu kubaca dan kuedit dengan menambahkan pembahasan penting yang dimaui dosen pembimbing. Biasanya saat kerjaan beres, aku tetap secara profesional menjelaskan poin editingku. Dan kalau diperlukan aku pun menyediakan bonus gladi resik ujian.Â
Aku akan berperan sebagai dosen penguji paling galak. Tidak banyak yang menerima tawaran bonusku. Hanya dua orang sejauh ini. Mereka sangat berterima kasih dengan bonus tersebut. Karena aku sungguh-sungguh menjalankan peranku sebagai dosen penguji yang killer, maka saat ujian sesungguhnya, mereka sangat menikmati karena lebih ringan - dan mereka lebih siap.