Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Masa-Masa Menganggur dan Apa yang Bisa Dilakukan

10 Mei 2025   22:51 Diperbarui: 11 Mei 2025   11:36 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fresh graduate, ke mana setelah ini? (Sumber: Pexels/Emily Ranquist)

Saya lulus kuliah pada tahun 1998, saat Indonesia sedang kacau pergantian pimpinan negara. Situasi perekonomian saat itu pastinya juga tidak lebih baik dari hari ini. 

Setelah lulus kuliah, sebagaimana fresh graduate pada umumnya, saya mulai mengirimkan berbagai surat lamaran baik merespons iklan lowongan pekerjaan di media cetak yang sesuai dengan kualifikasi saya, maupun langsung mengirim saja ke perusahaan-perusahaan terkait perikanan, karena saya lulus S1 Fakultas Perikanan. 

Saya masih ingat jumlah surat lamaran yang saya kirim sekitar 70-an surat sampai kemudian saya diterima sebagai CPNS di instansi kehutanan. Namun apakah saya sempat menganggur? Ya sempatlah, hehehe. Menganggur kurang lebih setahunan, karena baru sejak Juli 1999 saya mulai bekerja sebagai CPNS.

Saat saya menganggur, ada beberapa hal yang saya lakukan untuk mendapatkan uang maupun meningkatkan skill sebagai investasi potensi diri. Saya akan berbagi di sini, siapa tahu pengalaman saya dapat memberikan inspirasi pada mereka yang kebetulan belum memiliki pekerjaan tetap.

1. Membantu di warung mama saya

Mama saya buka warung makan saat saya masih kuliah. Warung itu sepertinya ikhtiar mama karena papa saya pensiun. Di samping itu, mama saya memang jago masak. Jadi kami buka warung bukan asal buka saja, melainkan ada yang ingin dijual yaitu 'rasa'. Manajer warung adalah kakak saya yang waktu itu juga belum memiliki pekerjaan tetap. Saya membantu di warung dengan memenuhi aturan manajemen yang diterapkan kakak saya. Di akhir bulan, saya juga menerima upah layaknya karyawan swasta.

Nah, sobat pembaca juga bisa meniru langkah saya ini. Kalau tidak ada keluarga yang buka warung, ya cobalah menawarkan bantuan ke warung tetangga. Tentu semua harus dibicarakan di depan, khususnya berapa upah yang diperoleh. Teman saya saat S2 menawarkan jasanya untuk membantu sebuah usaha laundri di dekat kos-kosannya. Upahnya adalah makan siang gratis dan bisa pinjam motor sepuasnya karena ia bertugas bagian layan antar laundrian. Nah, upah pun tidak melulu harus berupa uang, bukan? Yang penting bisa menyambung hidup di tengah-tengah masa jobless. Malu? Buang jauh-jauh.

2. Ikut proyek dosen

Sungguh beruntung saya memiliki jaringan pertemanan yang baik saat kuliah. Saat masih menganggur, teman saya menghubungi dan menawarkan untuk ikut penelitian dosen di Muncar, Banyuwangi. Saya karena memang masih nganggur, menyambut baik tawaran tersebut. Lalu hari-hari saya sibuk ikut rapat dan kegiatan penelitian mewawancarai komunitas nelayan di Muncar. Honor yang saya peroleh waktu itu sangat lumayan untuk seorang fresh graduate pengangguran.

Jika ingin terlibat dalam proyek dosen, tentu saja sobat pembaca harus memiliki jaringan pertemanan yang baik di kampus. Selain dari teman, mungkin juga berinteraksi dengan baik dengan para dosen. Boleh juga iseng bertanya, Pak atau Bu ... ada proyek penelitian yang masih butuh anggota tim, tidak? Boleh saya ikut bergabung? Begitu.

3. Menulis

Saya menulis sudah lama, yaitu sejak di bangku SMA. Ini maksudnya nulis yang dapat cuan, ya. Saya menulis cerpen remaja di majalah Anita Cemerlang. Walaupun tidak selalu dimuat, namun paling tidak aktivitas menulis saya dapat mengisi waktu untuk hal-hal yang positif, daripada ngelangut mikirin diri yang nganggur terus, hehehe. 

Kalau saat ini, di mana media cetak sudah kehilangan kejayaannya, teman-teman dapat mencari media online yang memberikan honor artikel seperti mojok.co, kompas.com, detik, dan lain-lain bisa dicari informasinya di laman google. Bahkan menulis di Kompasiana pun berpotensi cuan jika sudah memenuhi kualifikasi, syarat dan ketentuannya. Jadi, jika memang memiliki minat dan bakat menulis, gali terus potensi itu di saat menganggur dan kirimkan tulisan ke penerbit yang bisa memberikan honor layak.

4. Kursus Bahasa Inggris

Aktivitas ini tentu tidak menghasilkan cuan, tapi malah membuang cuan. Tapi tak apa jika tujuannya adalah investasi. Saya selalu merasa Bahasa Inggris itu penting, sehingga saya senang kursus Bahasa Inggris. Teman-teman bisa kursus apapun yang sekiranya sesuai dengan minat. Misalnya kursus membuat kue dengan tujuan nanti setelah pintar bikin kue, akan terima pesanan. 

Sama seperti saat saya memutuskan kursus menulis online di bawah asuhan Mbak Nurhayati Pujiastuti. Waktu itu tahun 2015-an. Konteksnya memang saya waktu itu bukan pengangguran, ya. Tapi ini bisa dilakukan oleh pengangguran, karena menghasilkan cuan pada akhirnya. Saya membayar biaya kursus sekitar 250 ribu dan dituntut untuk membuat tulisan-tulisan karena sejatinya kursus nulis kalau cuma teori doang is impossible. Jadi Mbak Nur selalu mendorong muridnya untuk menulis dan mengirim hasil tulisan ke media. Kami, kata Mbak Nur nggak boleh rugi sudah mengeluarkan cuan untuk kursus. Harus balik modal!

Dan benar, nggak lama tulisan saya dimuat di majalah Bobo dan beberapa majalah/koran lain. Biaya kursus benar-benar balik modal, bahkan lebih dan untung berlipat-lipat. Sayangnya kemudian kesibukan membuat saya menjadi tidak istiqomah lagi mengirim karya ke media. 

Baiklah sobat pembaca, itulah kiranya empat hal yang bisa saya bagikan. Buat para pengangguran yang kebetulan membaca artikel ini, tetaplah sehat dan semangat. Tetap berpikir positif dan kreatif menghasilkan rezeki halal. Kamu nggak sendirian, tapi juga nggak boleh berlama-lama nyaman dengan situasi nganggurmu. Ikhtiar dan doa harus selalu dilakukan, jangan patah semangat. 

Salam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun