Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidak Semua Orang Mendapatkan Semua Keinginannya dalam Hidup, Sebagian Orang Mungkin Tidak Memiliki Keinginan Apapun

24 Mei 2024   22:11 Diperbarui: 24 Mei 2024   22:12 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak semua orang dapat mewujudkan keinginan (Sumber: pexels/nita)

Manusia kadang tak dapat membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Sebagai ilustrasi, saya ingin makan pizza Italia yang dibakar oleh chef Italia asli yang dulu pizzanya pernah saya makan di Jogja - untuk makan siang hari ini. Padahal sebenarnya saya cuma butuh sepiring nasi dan lauk sederhana untuk melanjutkan hidup hari ini.

Anak saya ingin memiliki rok dan kemeja bersetel-setel untuk dipakainya ke kampus, padahal kenyataannya ia hanya butuh 3 rok dan 3 kemeja untuk mix dan match dalam seminggu. Atau kalau terdengar kejam, tambahkan dua jadi 5 rok dan 5 kemeja.

Sahabat saya selalu ingin bermalam di hotel berdua dengan suaminya, padahal kebutuhannya pada tempat tidur dan kasur yang hangat sudah terpenuhi di rumahnya.

Oke, jadi jelas bukan, beda antara keinginan dan kebutuhan? Keinginan merupakan hal yang wajar, kalau bisa diwujudkan, mengapa tidak? Tapi selama kebutuhan belum tercukupi, tentu tidak mungkin kita egois menomorsatukan keinginan-keinginan kita. 

Setiap orang memiliki tanggung jawab, beban, dan prioritas yang berbeda dalam hidupnya. Jika ada yang selalu dapat memenuhi keinginannya, tentu di sisi lain - orang yang bahkan kebutuhannya saja belum terpenuhi, tidak boleh merasa iri. Karena ini masuknya sudah ranah rezeki orang beda-beda.

Saya memiliki banyak keinginan yang mungkin dengan mudah akan terwujud jika saya orang yang egois. Tak peduli apa kata orang, tak peduli nanti ke depan, yang penting keinginanku tercapai dulu. Tapi sebagai orang yang beradab, sebagai istri dan sebagai ibu, tentunya saya tidak bisa berbuat seenaknya.


Baru saja di sebuah grup terdapat obrolan tentang event yang akan diselenggarakan di Malaysia. Dengan enteng, salah satu teman menyarankan agar kami - anggota grup - reuni di sana.

Reuni di Malaysia! Yang usul sih mungkin punya sumber daya untuk ke Malaysia. Tapi yang diajak reuni ini, akhirnya cuma sampai di titik: ingin. 

Ingin saja, tapi tahu itu tak mungkin (karena banyak hal yang lebih penting untuk dibiayai, daripada membiayai perjalanan reuni menyeberangi perbatasan). Ingin saja, tapi tahu hal itu tak dibutuhkan. Kecuali ada yang mau sponsori perjalanan tersebut, hingga bisa pp Indonesia-Malaysia gratis. Kalau itu sih langsung maju, ngacung nomor satu.

Di saat saya hanya bisa 'ingin' ke Malaysia, saya lalu ingat bahwa beberapa orang mungkin bahkan tak pernah punya keinginan apapun dalam hidup. Contohnya almarhumah Mbah Nah dan Mbah Yah. 

Keduanya bersaudara, adik dan kakak dari nenek kandung saya. Dulu Mbah Nah dan Mbah Yah ikut mama saya selama bertahun-tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun