Mohon tunggu...
Ina Yatun Khoiriyah
Ina Yatun Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ina Yatun Khoiriyah, Gadis asal Bojonegoro yang saat ini sedang menempuh Pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Trunojoyo Madura. "Menulis Kehidupan ialah merekam satu persatu kenangan, mengabadikan rindu, dan membuatnya candu" Ikrom Mustofa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Representasi Gender dalam Pemberdayaan Perempuan dalam Film Gadis Kretek "Sebuah Diskriminasi Berbalut Romansa Berlatar Budaya"

24 Februari 2024   10:43 Diperbarui: 24 Februari 2024   10:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Base id Entertainment. 

Representasi Gender Dalam Pemberdayaan Perempuan Dalam Film Gadis Kretek  "Sebuah Diskriminasi Berbalut Romansa Berlatar Budaya

Film Gadis Kretek mengangkat kisah lika- liku keluarga Soeraja, pemilik bisnis rokok kretek merek Djagad Raja yang sudah berdiri sejak zaman pasca penjajahan Belanda. Di usianya yang semakin tua, Soeraja berjuang melawan penyakitnya kanker dan mendambakan ingin bertemu Jeng Yah sebelum ia meninggalkan dunia. Atas permintaan sang ayah, Lebas  pun pergi mengembara mencari wanita bernama Jeng Yah. Pencarian Lebas membawanya sampai ke Jawa dan bertemu dengan Arum. Ternyata  keluarga Lebas dan keluarga Arum memiliki satu ikatan sehingga mereka memutuskan bekerja sama mengungkap hubungan Soeraja dengan Jeng Yah.

Kemudian perlahan terungkap kalau Jeng Yah atau Dasiyah sempat mempunyai hubungan dengan Soeraja di masa lalu, tepatnya di pabrik kretek. Dasiyah diketahui memiliki bakat unik dalam meracik saus kretek yang tepat untuk dicampurkan ke dalam tembakau. Lebas dan Arum pun berusaha mencari tahu kisah Dasiyah dan Soeraja di masa lalu. Serial film Gadis Kretek menyoroti kehidupan Jeng Yah (Dasiyah) yang merupakan anak perempuan pertama dari Idrus Muria, pebisnis kretek terbesar di kotanya. Meski sukses, Idrus Muria tidak dikaruniai anak laki-laki sehingga Jeng Yah ditunjuk menjadi mandor di pabrik kretek miliknya. Akan tetapi, status "perempuan" yang disandang Jeng Yah membuatnya mendapatkan diskriminasi di pabrik kretek. Jeng Yah tak diizinkan berkontribusi dalam peracikan saus kretek karena stigma yang keliru tentang perempuan. Sebagai wanita berhati tangguh, Jeng Yah pun berusaha mendobrak batasan yang diberikan padanya.

Dari kejadian ini film tersebut sudah menggambarkan adanya potret diskriminasi, tak hanya itu serial ini juga menyoroti stigma-stigma keliru yang disematkan kepada perempuan. Stigma yang disoroti adalah kedudukan perempuan di tatanan sosial dan rumah tangga, serta perihal pernikahan.  Jeng Yah yang dipercaya untuk mengurus bisnis kretek pun tenggelam dalam pekerjaannya sampai pada usia yang cukup ia belum menikah, Alhasil, Jeng yah dianggap prawan tua oleh orang-orang di lingkup sosial dan akhirnya selalu digunjingkan. Orang tuanya juga menaruh harapan agar Jeng Yah segera menemukan pujaan hati.

Jeng Yah sebenarnya jatuh cinta pada seorang lak-laki yang tidak sengaja ditemuinya di pasar, yaitu Soeraja. Setelah Idrus Muria mengajak Soeraja untuk bekerja di pabrik, Jeng Yah semakin jatuh hati pada pria itu. Perjalanan cinta mereka pun dimulai di pabrik kretek. Soeraja jatuh hati karena ketangguhan Jeng Yah terhadap mimpinya yang ingin menjadi peracik saus kretek terbaik. Sementara cinta Jeng Yah bertumbuh karena Soeraja berusaha membantunya mendobrak diskriminasi di pabrik kretek. Soeraja tak hanya memahami Jeng Yah dengan baik, tapi juga berperan dalam bisnis kreteknya. Namun, hubungan asmara Jeng Yah dan Soeraja terhalang oleh perbedaan status sosial.

Konflik asmara yang disuguhkan memang cukup klasik, tapi latar sosial budaya tentang perbedaan status sosial dalam pernikahan menjadi percikan daya tarik bagi serial ini. Baik di era 60-an maupun sekarang, status sosial pasangan kerap menjadi penghalang sehingga penonton dapat relate dengan kisah ini.

Analisis Teori : Relasi Kuasa Disiplin Tubuh Perempuan Dalam Film Gadis Kretek Berdasarkan Teori Michel Foucault

 Menurut Foucault (2017), kekuasaan mengandung kekuatan-kekuatan di atas semuanya yang membuat fakta sederhana jika kekuasaan mampu menuntun orang untuk mematuhinya. Kekuasaan mulai mendekatkan dirinya melalui bagaimana cara menggapai pelayanan produktif  dari beberapa individu yang terdapat dalam hidup mereka, yang mana kekuasaan memperoleh kontrol pada tubuh individual, tindakan, dan sikap dalam tingkah laku sehari-hari. Kekuasaan tidak selalu dimiliki oleh satu orang saja, namun kekuasaan diibaratkan seperti sebuah ruangan di mana beberapa orang terjebak didalamnya, karena sebenarnya kekuasaan dimiliki oleh sekumpulan kelas sosial. Pada posisi tertentu itulah mampu menyebabkan kekuasaan itu ada dan berusaha untuk menguasai.

Kekuasaan memiliki kemampuan dalam menggerakkan dan memperkuat sehingga dapat semakin berkembang kekuatan-kekuatannya dan membentuk bagian sesuai konsep yang diinginkannya. Pada relasi kuasa atas tubuh, Foucault membaginya melalui dua aspek yang berbeda, yaitu sosial dan seksual. Tubuh dapat menjadi tempat konflik yang berawal dari adanya kekuasaan, akan tetapi objektifitas dari kekuasaan kepada tubuh itu sendiri berbeda tergantung cara dalam menguasai. Tubuh sosial terdapat kaitannya dengan simbol yang mengacu pada masyarakat politik atau industri. Bagaimana aparat politik atau industri memiliki derajat yang memisahkannya dengan masyarakat biasa sehingga kekuasaan dapat terjadi menggunakan strategi-strategi yang kemungkinan dilakukan.

1. Relasi Kuasa Atas Tubuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun