Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Jalan Menuju Pemahaman Al-Qur'an dan Hadist Tema Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Nurul Falaah Pondok Damai

13 Oktober 2025   06:35 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:07 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Menuju Pemahaman  Al-Qur'an dan Hadist Tema Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Nurul Falaah Pondok Damai

Kajian rutin Ahad pagi (12 Oktober 2025) jam 4.30 di Masjid Nurul Falaah membahas tentang cara jalan praktis  memahami  AlQur'an dan hadist disampaikan oleh Kyai Cep Herry Syarifudin Pimpinan Pondok Pesantren Sabilurrahim, Wakil Katib PWNU Prov. Jawa Barat, dan pengarang buku  Cara cepat baca Kitab Kuning sistim 5 jam,  tema yang disampaikan dengan membedah   Karya Bukunya berjudul  "Menikmati Hidangan Ilahi dan Kearifan Nabi"  kajian ini sangat menarik jika melihat animo ummat Islam saat ini yang ingin memperdalam  Al-Qur'an dan Hadis langsung dari sumbernya namun sayang semangat tersebut tidak diimbangi dengan keilmuan yang dimiliki dengan kata lain tidak tahu bagaimana cara memahaminya sehingga sering terjebak dalam pemahaman Agama yang keliru karena itulah pentingnya memiliki kecakapan dalam memahami Al-Qur'an   dengan menggunakan berbagai sumber ilmu  antara lain : Ushul Fikih, Ulumut Tafsir, Ulumul Qur'an, Ulumul Hadist, Ilmu Balaghah (lmu bahasa Arab yang mempelajari cara menyampaikan makna secara indah, jelas, dan sesuai dengan konteks) , serta nahu dan sharaf dengan diimbangi berbagai disiplin ke ilmuan akan terhindar dalam pemahaman yang keliru bahkan salah,   karena dalam kajian Al-Qur'an kita akan dihadapkan   ayat-ayat  yang tidak bisa dipahami secara harfiyah dengan kompleksitas bahasa Arabnya, seperti penggunaan gaya bahasa plural, sifatnya yang dinamis membutuhkan penafsiran berdasarkan konteks, kaidah bahasa, dan sumber-sumber eksternal seperti hadis, dan selain itu memahami makna yang lebih dalam juga memerlukan pengetahuan tata bahasa Arab, konteks ayat, dan latar belakang sejarah, bukan semata-mata  hanya mengandalkan   terjemahan kata per -kata

Dok. Ponpes Sabilurrahim
Dok. Ponpes Sabilurrahim

Dokpri
Dokpri

Meskipun disadari bahwa Al-Qur'an secara teks tidak akan berubah sampai kapanpun , namun penafsiran atas teks, harus dengan berbagai  alat, metode, dan pendekatan untuk menguak kedalaman Al-Qur'an , bukankah aneka  metode dan alat tersebut diatas semata-mata  untuk memberikan jalan kemudahan terhadap  makna dari Al-Qur'an,  sedangkan  dalam hadist akan menemukan  antara satu riwayat dengan riwayat lainnya ada perbedaan lafadz, dari mulai perbedaan redaksi meskipun tidak akan merubah  esensi pesan, oleh karena  itulah, para ulama hadits (muhadditsun) telah meletakkan kaedah dalam menilai suatu hadits, mana yang sahih, yang hasan, hingga dhaif dengan beragam bentuk dan tingkatannya, bukan hanya terkait sanadnya, tetapi juga matannya, sejalan dengan kebutuhan umat Islam untuk mengetahui seluruh segi kandungan Al- Qur'an serta intensitas perhatian para ulama terhadap tafsir Al-Qur'an

Dok. Ponpes Sabilurrahim
Dok. Ponpes Sabilurrahim

Namun demikian perhatian  terhadap tafsir Al-Qur'an juga akan sangat berpengaruh terhadap perhatian terhadap hadits, mengingat Al-Qur'an dan hadits merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, hadist lah yang memerinci apa yang dipaparkan secara global dalam Al-Qur'an, mengkhususkan yang umum dalam Al-Qur'an, menguatkan hukum yang ada pada Al-Qur'an, hingga menetapkan aturan yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, karena itu  tafsir berarti menjelaskan dan mengungkapkan, menjelaskan tentang cara mengucapkan lafadh-lafadh Al-Qur'an, makna-makna yang ditunjukkannya dan hukum-hukumnya, Jadi ilmu tafsir lah yang bertugas untuk membahas teori-teori yang dipakai dalam menafsirkan Al-Qur'an menjelaskan makna-makna yang terkandung di dalam Al-Qur'an

Dokpri
Dokpri

Salah satu cara untuk menghindari pemahan yang keliru terhadap maksud ayat dalam  Al-Qur'an adalah  harus utuh tidak boleh parsial (sepotong-sepotong)  sebagaimana terdapat dalam QS. An-Nisa : 48  "innallha layaghfiru ayyusyraka bihi wa yaghfiru maaduna dzalika limay yasyaa', wamay yusyrik billahi faqadiftar itsman 'adhima "Sesungguhnya Allah SWT  tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), tetapi Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Siapa pun yang mempersekutukan Allah sungguh telah berbuat dosa yang sangat besar. dari ayat ini jika dipahami secara harfiyah apakah  jika ada seorang yang terjebak dalam perilaku syirik lalu  bertaubat atas kekeliruan  yang telah dikerjakan tetap tidak diampuni?  ternyata tidak demikian karena untuk memahami maksud pesan dalam ayat ini harus  menghubungkan terhadap surat Al-Furqan : 70 "illâ man tâba wa âmana wa ‘amila ‘amalan shâliḫan faulâ'ika yubaddilullâhu sayyi'âtihim ḫasanât, wa kânallâhu ghafûrar raḫîmâ "Kecuali, orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. Maka, Allah mengganti kejahatan mereka (dengan) kebaikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".  Dengan demikian dosa syirik yang tidak diampuni adalah bagi orang yang belum bertaubat dari syiriknya hingga kematian menjemputnya, akan tetapi jika ia sudah bertaubat sebelum ajal, maka dosa syiriknya pasti diampuni oleh Allah SWT bukankah ampunan-Nya lebih luas dari murka-Nya

Dokpri
Dokpri

Begitu pula dengan pemahaman hadis tentang kecaman berpakaian melebihi mata kaki (isbal) yang sering menjadi perdebatan tajam jangan dipahami secara parsial sehingga langsung menyatakan bahwa orang yang sholatnya dengan sarung/celana melebihi mata kaki menjadi tidak sah, bahkan disebutkan masuk neraka padahal jika menghubungkan dengan hadis lain yang  berhubungan dengan isbal maka kita akan pada kesimpulan  bahwa larangan tersebut jika dilakukan dengan perasaan sombong, dan angkuh hal ini sebagaimana  yang dialami Abu Bakar Ash Shiddiq pernah merasa resah dengan adanya hadis tentang isbal kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa ia tidak termasuk golongan yang dilaknat sebab Abu Bakar menggunakannya tidak diiringi dengan kesombongan

Dokpri
Dokpri

Dari kedua contoh ini semakin menegaskan bahwa pentingnya  untuk memiliki perangkat ilmu pengetahuan menuju pemahaman  terhadap Al-Qur'an dan Hadist , karena dengan perangkat alat dan metode inilah yang akan menyelamatkan dari jebakan pemikiran yang keliru  terhadap Al-Qur';an maupun Hadist, dan masih  banyak contoh-contoh yang lain baik Al-Qur'an maupun Hadis yang mengharuskan pemahaman secara utuh tidak sepotong-sepotong sehingga akan terhindar dari pemahaman yang keliru. Wallahu A'lamu

Senin, 13 Oktober 2025
Kreator Kompasiana : Inay Tea, Pondok Damai, Cileungsi, Kab. Bogor, Jawa Barat

Dokpri
Dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun