Mohon tunggu...
Amara S
Amara S Mohon Tunggu... Auditor - Pegawai Swasta

Belajar Hal-Hal Yang Baru Membuat Hidup Lebih Hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siapkah Anak-Anak Kita Memasuki Dunia Belantara?

29 November 2020   15:21 Diperbarui: 29 November 2020   15:28 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu dan Anak-Anak (Dok.Pribadi)

         Berbicara tentang dunia anak tidak akan pernah habis-habisnya. Mulai dari tema bagaimana mengasuh anak dari bayi sampai tiba waktunya bagaimana mendampingi anak-anak untuk mencapai cita-citanya. Gambaran perilaku anak pada umumnya menggambarkan bagaimana pola asuhnya. Bagaimana citra seorang anak juga menggambarkan citra dari orang tuanya.Pengaruh orang tua sangat penting dalam pembentukan anak. Tentu saja hal ini merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Bagaimana membentuk manusia baru menjadi manusia yang lebih baik dan mampu menghadapi dunia dengan berbagai lika-likunya.

     Pola asuh anak zaman dulu dengan zaman sekarang tentunya berbeda. Keadaan finansial dan sosial keluarga juga sangat berpengaruh. Jika membandingkan bagaimana tanggung jawab yang sudah saya emban dibandingkan pada masa seumuran anak-anak saya sekarang tentu sangat berbeda. Tidak terlalu tepat memang jika dibuat menjadi perbandingan. Namun kondisi keluarga yang membentuk pola asuh secara langsung telah membentuk seorang anak.

     Teringat kembali masa 30 puluh tahun yang lalu, ketika masih usia anak-anak. Berasal dari keluarga yang sederhana, kami empat bersaudara tumbuh di sebuah kota kecil di Kabupaten Karo, satu kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Ayah awalnya seorang wiraswasta dan ibu adalah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada masa itu, usaha ayah sedang mengalami penurunan. Ibu juga seorang PNS yang yang gajinya tidak terlalu besar masa itu. Usaha yang tidak berkembang, membuat ayah banting setir menjadi petani. Mengelola lahan pertanian milik keluarga besar.

     Setiap liburan sekolah kami harus ikut membantu orang tua ke ladang. Saya masih ingat bagaimana telapak tangan luka-luka karena harus mencangkul. Bagaimana juga merasakan gigitan nyamuk yang genit di ladang. Di rumah kami anak-anak juga semua memiliki tugas, baik anak perempuan maupun laki-laki mulai dari membersihkan rumah, memasak, mencuci dan menyetrika baju. Bahkan kami harus bergantian mengumpulkan makanan bagi ternak yang dipelihara orang tua seperti ayam, bebek dan lain-lain. Pada masa itu, di lingkungan sekitar saya memang anak- anak terbiasa untuk mengemban tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

     Uang saku juga sangat terbatas. Tidak mudah untuk mendapatkan benda yang diinginkan jika tidak terkait keperluan sekolah. Tapi yang pasti kami selalu dibelikan baju baru ketika memasuki tahun yang baru. Setahun sekali, ibu membawa kami bepergian ke kota Medan, khusus hanya untuk membeli baju baru. Moment tersebut selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
     

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
     Terkait pendidikan, kami juga dididik dengan sedemikian rupa. Sampai sekarang masih teringat, pernyataan ibu yang menyatakan "Mamak dan Bapak hanya sanggup menyekolahkan kalian jika lulus Perguruan Tinggi Negeri (PTN).Mamak dan bapak merupakan panggilan kami kepada ibu dan bapak. Pada masa itu memang perbedaan biaya sekolah PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) lumayan tinggi. Pernyataan itu juga memacu kami lebih giat belajar. Biasanya ibu menemani kami belajar sambil menganyam tikar (mbayu dalam bahasa Karo). Apakah pernyataan itu hanya memacu kami untuk rajin belajar atau memang demikian adanya. Tapi saya yakin orang tua saya pasti akan memberikan pendidikan akademis yang terbaik bagi kami.

     Kondisi keluarga dan pola asuh secara langsung telah membentuk saya. Kebiasaan bekerja keras dan hidup sederhana masih mewarnai perilaku. Apa yang saya alami dulu masa anak-anak tentu tidak dialami oleh anak anak saya. Puji Tuhan, ekonomi orangtuanya sedikit lebih baik. Lebih banyak fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang dialami. Bukan hanya anak-anak saya, tapi anak-anak lain pada umumnya lebih diprioritaskan pada pendidikan akademis. Waktu banyak tersita mengikuti berbagai macam les dan kegiatan ekstrakurikuler. Kecendrungan tugas anak hanyalah belajar. Mereka tidak akan pernah merasakan persediaan baju habis di lemari jika tidak mencuci sendiri karena semuanya sudah ada yang mengerjakan.

     Kondisi keluarga saya dulu telah memaksa saya untuk lebih bertanggung jawab, bekerja keras dan hidup sederhana. Pengalaman tersebut memperkaya saya untuk terbiasa mengemban tanggung jawab. Bagaimana dengan anak-anak sekarang yang hidupnya penuh dengan segala kemudahan dan kenyamanan ? Menurut pendapat saya pribadi, anak-anak harus dilatih untuk bertanggung jawab, bekerja keras sejak dini. Hal tersebut merupakan salah satu cara mempersiapkan mereka dalam menghadapi dunia. Apa yang ditawarkan dunia tidak selamanya mudah bukan?

     Tentu saja kemudahan dan kenyamanan yang dirasakan anak -anak adalah hal yang patut kita syukuri. Hal itu merupakan anugerah dan kerja keras orang tuanya. Namun ada tugas orang tua untuk mempersiapkan anak-anak anak dalam segala kemudahan itu. Anak-anak seharusnya diberikan tanggung jawab di rumah selain belajar. Walaupun ada asisten rumah tangga yang mampu mengerjakan semuanya. Walaupun berdasarkan pengalaman, sering kali lebih capek untuk menyuruh anak-anak mengerjakan sesuatu daripada langsung mengerjakannya sendiri. Apalagi kami sebagai orang tua adalah orang tua versi seven to seven yang artinya berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB dan kembali lagi ke rumah pukul 19:00 WIB. Waktu untuk melatih dan mendampingi anak untuk melakukan tanggung jawabnya tentu saja terbatas.

     Kita juga harus bisa berkata 'tidak' atas permintaan anak. Tidak seharusnya semua permintaan anak dituruti. Walaupun pada kenyataannya seringkali pergolakan batin hati orang tua mewarnai. Wajah bahagia anak jika permintaannya dipenuhi dan seberapa lah harganya seringkali lebih banyak menang.Apalagi jika harga barang yang diminta termasuk murah.. Tapi lama kelamaan jika semua permintaan anak dipenuhi maka akan menjerumuskannya. Dalam dunia nyata, tidak semua akan berjalan lancar sesuai dengan keinginan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun