Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Rasa Sayang dalam Semangkok Nasi Ikan Pindang

29 Februari 2020   23:53 Diperbarui: 1 Maret 2020   00:05 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oren yang suka menemani belajar, namun kini entah dimana (dokpri)

Pada dasarnya saya suka dengan kucing, tapi karena terbentur berbagai kendala jadinya kesukaan itu tidak muncul menjadi keharusan memiliki binatang peliharaan. Kendala-kendala tersebut diantaranya malas membersihkan kotorannya yang mungkin nanti bertebaran dimana-mana di dalam rumah, takut dengan bulu halusnya yang katanya dapat menyebabkan berbagai penyakit, bingung nanti kalau saya sekeluarga mudik siapa yang ngurusin. Karena hal-hal tersebut, jadilah saya tak punya kucing atau hewan peliharaan lainnya kecuali ikan di akuarium, karena lebih mudah ngurusnya.

Meski tak punya hewan peliharaan di rumah, namun karena rasa sayang, saya selalu memberi makanan pada kucing-kucing liar yang tinggal di sekitar rumah. Awalnya karena kebetulan belaka, saat itu ada seekor kucing di halaman rumah,  saya kasihlah makanan sisa (kepala ikan) dan dia makan dengan lahap mungkin memang lapar. Esok paginya kucing tersebut ada lagi di depan rumah, jadi saya kasih lagi makanan nasi dan ikan. Ternyata hari-hari berikutnya kucing itu datang lagi dan lagi, bahkan pesertanya bertambah semula seekor kucing, dua ekor, tiga dan seterusnya sampai sekarang kadang-kadang mencapai 5,6 ekor. 

Karena semakin banyak kucing yang datang, yang semula saya hanya mengandalkan makanan sisa, kini harus menyediakan khusus nasi dan ikan pindang buat mereka. Ya...namanya saja kucing liar, semangkok nasi campur ikan pindang yang terhidang setiap pagi mungkin sudah merupakan hidangan yang istimewa dibandingkan harus mencari di tong sampah. Dan setiap pagi sekitar jam 05.30 ketika saya intip dari balik jendela, pasti mereka sudah menempatkan diri di teras dan begitu terdengar bunyi pintu dibuka, langsung pada lari menghampiri meminta jatah sarapan.

Demikian berlangsung berbulan-bulan sampai suatu saat ada seekor kucing hitam loreng yang hamil dan melahirkan 2 ekor anak kucing berwarna oren. Karena putri bungsu saya menginginkan kucing tersebut dipelihara, maka dibuatkanlah kasur untuk 2 ekor anak kucing tersebut, namun kasurnya tetap di teras rumah (karena takut kalau di dalam rumah si kucing buang kotoran sembarangan). Sedangkan sang induk yang semula kucing sungguh liar, takut melihat orang dan langsung bersikap waspada/curiga, melihat anaknya kami sayangi, sikapnya melunak. Dia sepertinya tahu bahwa kami menyayangi anak-anaknya. 

Namun pada suatu hari, entah mengapa kucing yang satu meninggal, sehingga tinggal seekor dan kami beri nama Oren sesuai warnanya. Dengan Oren sepertinya kami serumah bisa menyayangi dan Oren sepertinya tahu bahwa kami menyayanginya, terlebih si bungsu. Setiap hendak berangkat dan sepulang sekolah harus 'nguyel-uyel' dulu. Dan untuk saya, ketika baru turun dari mobil, Oren  selalu menyambut dengan menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki sambil mengeong manja, entahlah mungkin mengucapkan selamat datang kembali di rumah.

Meski ada Oren yang kami sayangi, namun memberi sarapan kucing-kucing liar di halaman rumah tetap jalan terus. Mungkin mereka sedikit iri juga kali ya, ketika melihat Oren dibelai, disayang oleh si bungsu, sementara mereka cukup dengan semangkok nasi pindang setiap hari...hingga kini. 

Dan......ini bagian yang menyedihkan, suatu pagi saat saya memberi sarapan kucing-kucing itu, saya melihat Oren tampak sedih tak bersemangat. Saya kira dia sakit, tapi tak terlintas untuk membawanya ke dokter karena sorenya masih sehat baik-baik saja. Mungkin siang nanti kembali ceria. 

Ternya sore hari saat pulang kantor, saya tidak disambut Oren seperti biasa. Sampai dalam rumah saya tanya ke si bungsu, dimana Oren, dia menjawab tidak tahu. Dia pulang sekolah juga si Oren tidak ada, biasanya selalu menyambut di teras rumah. Kami berusaha mencari di lingkungan perumahan, tidak nampak sedikitpun jejaknya. Dan...sampai sekarang sudah dua bulan lebih Oren pergi, meninggalkan kami yang menyayanginya tanpa pesan. Semoga kamu baik-baik saja ya Oren di luar sana, semoga ketemu dengan orang yang bisa lebih menyayangimu dengan lebih baik. 

Kini kami berharap, karena induk si Oren sedang hamil lagi dan setiap pagi  datang ke rumah  untuk sarapan, semoga calon adik si Oren yang masih dalam kandungan induknya, kelak dapat kami sayangi dan menyayangi kami seperti kami menyayangi dan -sepertinya- disayangi Oren. 

Kalaupun tidak, kami akan tetap menyanyangi kucing-kucing liar itu, rasa sayang dalam semangkuk nasi campur ikan pindang, yang akan selalu kami hidangkan untuk mereka di pagi hari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun