Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sehari Tanpamu

10 September 2025   23:55 Diperbarui: 10 September 2025   21:18 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Facebook/HomeDesainIdeas

Hari ini kamu pergi untuk menjalankan tugas diluar kota. Karena hal itu hari ini pula kamu melupakan segalanya. Tentang janji yang pernah kamu ucapkan. Sebuah permintaan yang amat sederhana dari saya saat kita sedang berjauhan. Kabar. Hanya satu kata tapi sepertinya selalu terabaikan.

Waktu itu kamu pernah berkata. Semua orang mempunyai waktu yang sama. Tidak ada yang lebih sibuk atau lainnya. Hanya soal mau atau tidak. Tentu hal itu juga berlaku untukmu. Tidak mungkin dari pagi sampai sore tak ada waktu istirahat. Setidaknya untuk makan dan menjalankan ibadah. Dan saya hanya minta 30 detik pertama untuk sekadar memberi kabar, "sayang abang lagi ini."

Bahkan pagi tadi saat saya minta berkirim foto sebagai pengobat rindu, tak kunjung kamu memberinya. Hingga akhirnya saya kembali meminta. Jika jarak yang tercipta sekarang ini sebagai langkah awal dirimu menyudahi kisah kita, saya akan menerimanya. Karena memang semestinya juga begitu kan.

Terimakasih untuk semua keinginan- keinginan saya yang telah kamu wujudkan. Saya tak bisa membalasnya. Saya hanya mampu mendoakan kamu agar senantiasa dijaga, dilindungi dan dimudahkan apapun yang kamu jalani. Saya juga minta maaf jika selalu saja merepotkan dirimu atas permintaan-permintaan konyol yang saya ucapkan.

Jika perpisahan itu bermula pada hari ini, maka saya pun akan mengusahakannya. Tidak mengganggumu lagi dan sebagainya. Berbahagialah dengan sebenarnya, lahir dan batin. Doa saya tak akan pernah lepas untuk kebahagiaanmu. Karena saya mencintai dirimu. Dan saya merindukan kamu yang selalu berkirim kabar.

Disaat seperti ini hanya kenangan yang pernah kita lewati bersama terlintas dalam bayangan. Mungkinkah bahagia dan tawa akan bisa saya rasakan lagi bersama dirimu? 

Menutup tulisan hari ini, saya ingin bertanya dua hal. Apakah kamu tidak merasakan dan berfikir tentang apa yang saya rasakan disaat kamu mengingkari janji-janji itu? Apakah kamu tidak berfikir bahwa dengan kamu mengabaikan dan akan menceritakan apapun itu nanti bisa mengobati luka yang sudah terlanjur tergores ini? 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun