Mohon tunggu...
Inam Zharifah Husna
Inam Zharifah Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa yang menulis keresahan, berbagi lewat gagasan.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

UMKM dari Gang ke Genggaman Lewat Media Sosial

20 Juni 2025   12:30 Diperbarui: 20 Juni 2025   12:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di balik gang-gang sempit yang tersembunyi dari hiruk pikuk kota, banyak usaha kecil yang tumbuh perlahan. Mereka mungkin tidak memiliki spanduk besar, rak-rak mewah, atau strategi pemasaran modern. Namun kini, hanya dengan satu perangkat di telapak tangan, ‘layar ponsel’ sudah cukup bagi usaha kecil untuk dilihat, dikenal, dan dicintai dunia. Media sosial telah mengubah wajah pemasaran UMKM secara radikal. Dari ruang yang dulunya terbatas dari mulut ke mulut dan pasar lokal, kini setiap pelaku UMKM memiliki kesempatan yang sama untuk dikenal luas. Dan saya, sebagai bagian dari generasi muda, percaya bahwa transformasi ini tidak hanya mungkin, tetapi harus diperjuangkan bersama.

Di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompleks, banyak orang memilih untuk memulai UMKM sebagai sumber pendapatan tambahan, bahkan yang utama. Namun, tidak semua usaha dapat tumbuh. Ada yang langsung meroket, tetapi tidak sedikit yang tertinggal. Masalah sering kali muncul bukan karena kualitas produk, tetapi karena kurangnya eksposur, strategi pemasaran, atau daya tarik visual. Kini, media sosial menawarkan jalan keluar. Lewat platform seperti Instagram, TikTok, dan WhatsApp Business, siapa pun bisa merintis dari nol, bahkan dari geng kecil, dan tetap berpeluang untuk berkembang besar.

Salah satu contoh inspiratif datang dari Ayam Nagih, UMKM kuliner asal Cideng, Jakarta Pusat. Tanpa tempat makan fisik, usaha ini memilih hanya menerima pesanan pesan antar dan bawa pulang. Pemilik yang introvert ini awalnya hanya ingin berjualan hal-hal sederhana dari rumah. Namun, semua berubah saat konten ayam gorengnya viral di TikTok. Suara 'renyah' yang mengenyangkan, visual kuah yang menggoda, serta narasi jujur dari pelanggan membuat Ayam Nagih menjadi perbincangan. Dalam waktu singkat, pesanan pun membanjir, dan usaha rumahan ini berubah menjadi brand kuliner yang dikenal luas. Mereka kemudian memanfaatkan platform layanan pesan-antar makanan seperti GrabFood dan GoFood sebagai jalur distribusi utama, sehingga pelanggan dari berbagai wilayah Jakarta bisa menjangkau mereka dengan mudah tanpa harus datang langsung. Kisah Ayam Nagih menunjukkan bahwa keberhasilan UMKM di era digital tidak hanya bergantung pada modal besar, tetapi juga kemampuan membangun keunikan dan daya tarik yang autentik. Di antara ribuan produk sejenis, konsumen cenderung memilih produk yang menawarkan cerita menarik, tampilan estetik, atau pengalaman yang terasa dekat. Ini poin penting yang perlu dipahami oleh pelaku UMKM: bahwa menjadi berbeda itu penting. Meski dengan produk sederhana, jika dikemas dengan ide kreatif dan identitas yang kuat, peluang untuk menembus pasar akan terbuka lebar.

Namun, tidak semua pelaku UMKM memiliki pemahaman digital yang memadai. Masih banyak yang awam tentang bagaimana algoritma bekerja, bagaimana membuat konten yang menarik, atau bagaimana menggunakan fitur-fitur seperti reels, hashtag, dan insight. Bahkan, sebagian belum tahu bagaimana mendaftarkan usahanya ke GrabFood atau GoFood agar bisa dijangkau lewat aplikasi pesan antar. Di sinilah generasi muda memegang peran penting. Kita bukan hanya penonton dari kesuksesan UMKM digital, tapi bisa menjadi bagian dari prosesnya. Dengan kemampuan kita di bidang teknologi dan media sosial, kita bisa membantu UMKM terdekat entah itu tetangga, saudara, atau pedagang langganan untuk lebih percaya diri tampil di dunia maya.

Sebagai generasi muda, saya ingin melihat lebih banyak cerita sukses seperti Ayam Nagih. Saya ingin jadi bagian dari perubahan, dari usaha yang semula hanya dikenal di satu RT, menjadi brand yang dikenal lintas kota. Perubahan itu tidak butuh kantor besar atau modal besar. Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk memulai, keunikan untuk dibagikan, dan tangan-tangan muda yang siap membantu.

Media sosial dan layanan digital seperti GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood telah membuka jalan besar bagi UMKM untuk dikenal, tumbuh, dan menjangkau konsumen lebih luas dari sebelumnya. Maka, mari kita mulai dari sekitar kita dari gang kecil tempat usaha itu bertahan, hingga ke genggaman tangan tempat kita bisa membawa mereka ke layar yang lebih luas. Karena satu unggahan bisa berarti satu lompatan menuju masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun