Pendamping desa, yang berperan strategis memperkuat ekonomi lokal, juga belum banyak terlibat dalam ekosistem pembangunan di kawasan Mandalika. Padahal, merekalah yang paling dekat dengan masyarakat dan memahami kebutuhan riil di lapangan. Dengan dukungan yang tepat, mereka bisa membantu desa menyusun rencana yang menautkan pariwisata dengan kesejahteraan warga — sesuatu yang hingga kini masih sebatas wacana.
Pembangunan sejati butuh jembatan — antara kebijakan besar dan suara kecil di desa.
Bagi masyarakat lokal, kehidupan mereka tetap bergerak pelan, kontras dengan kecepatan dunia di lintasan. Mereka tidak menolak perubahan, tetapi juga tidak tahu bagaimana cara mengejarnya. Seperti nelayan yang menunggu angin, mereka hanya berharap arus besar pembangunan suatu hari akan membawa ombak yang lebih adil ke pantai mereka.
Akhirnya, gelaran MotoGP Mandalika bukan hanya pesta kecepatan, melainkan juga panggung kontras yang menyentuh mata dan hati. Di satu sisi, dunia melihat Indonesia yang modern, berkelas, dan memukau. Di sisi lain, ada kehidupan sederhana yang bertahan di sekelilingnya — tenang, penuh kerja keras, dan kadang terlupakan.
Dari atas tribun, Mandalika tampak megah. Tapi di bawahnya, di jalan-jalan desa yang berdebu, masih ada wajah-wajah yang menatap dengan heran setiap kali nama kampung mereka disebut di layar kaca. Mereka bangga, tapi juga bingung: bagaimana mungkin dunia begitu dekat, namun hidup mereka tetap terasa jauh?
MotoGP Mandalika semestinya tak hanya menggerakkan mesin, tapi juga menggerakkan hati — agar dunia yang datang, juga membawa perubahan yang tinggal.
Empat kali MotoGP berlalu, namun denyut perubahan bagi warga sekitar masih samar. Mungkin sudah saatnya ajang sekelas ini tak hanya menarik mata dunia, tapi juga menggerakkan hati kebijakan. Sebab kemajuan sejati bukanlah deru mesin di lintasan, melainkan langkah kecil yang mengubah hidup orang-orang di tepiannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI