Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aktivisme Gen Z: Semangat, Kecemasan, dan Doa Seorang Ayah

24 September 2025   17:00 Diperbarui: 24 September 2025   20:07 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
“Ada bendera berkibar, yah.” Pesan singkat itu tiba-tiba muncul di layar ponsel, dikirim anak sulung yang tengah ikut demonstrasi. (Sumber: Dokpri)

Turun ke jalan mengajarkan solidaritas, koordinasi, serta keberanian mengambil sikap. (Sumber: Dokumen pribadi)
Turun ke jalan mengajarkan solidaritas, koordinasi, serta keberanian mengambil sikap. (Sumber: Dokumen pribadi)

Namun, semangat itu tak lepas dari risiko. Situasi tak terduga, barisan yang bisa tercerai, hingga potensi bentrokan dengan aparat selalu mengintai. Orang tua wajar cemas, menyadari kompleksitas realitas di lapangan. Dari jauh, kecemasan itu hanya bisa terjawab lewat kabar singkat anak.

Membiarkan Gen Z menyalurkan aspirasi berarti memberi ruang bagi proses belajar penting. Semangat itu, jika diarahkan dengan bijak, akan membentuk karakter, menumbuhkan kesadaran kritis, dan melatih tanggung jawab. Mereka belajar menyeimbangkan idealisme dan realitas, keberanian dan kehati-hatian.

Pandangan dan Doa Seorang Ayah

Melihat anak ikut demo menimbulkan dilema batin seorang ayah. Bangga karena ia berani mengambil peran, cemas karena risiko nyata. Posisi orang tua kini lebih banyak menjadi pengamat dan pendukung, bukan lagi pelaku utama di tengah barisan mahasiswa.

Komunikasi singkat melalui pesan ponsel menjadi penanda kedekatan. Emoji senyum, jawaban singkat, atau foto barisan mahasiswa menjadi cara anak menenangkan. Tanda-tanda kecil itu menunjukkan ia memahami tanggung jawab, sekaligus memberi ketenangan bagi orang tua yang menunggu kabar di rumah.

Kenangan masa lalu hidup kembali. Dulu, kami berdiri di jalanan, berteriak bersama kawan, menghadapi ketidakpastian. Kini, sejarah itu berulang melalui anak sendiri. Bedanya, kami tak lagi mengangkat bendera, melainkan memeluk doa, berharap anak selamat dalam perjuangan.

Mudah-mudahan, apa yang dilakukan anak bukan sekadar FOMO—fear of missing out—melainkan lahir dari kesadaran, keyakinan, dan tanggung jawab. Harapan itu selalu menyertai, agar aktivismenya tak berhenti di jalan, tetapi memberi makna nyata bagi masyarakat luas.

Bendera, Simbol, dan Harapan

Bendera yang berkibar di tangan anak lebih dari sekadar kain. Ia adalah simbol identitas, aspirasi, dan keberanian Gen Z yang menyalurkan suara, menuntut perubahan, serta memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini, sebagaimana generasi HMI sejak dulu menegaskan konsistensi perjuangan mahasiswa.

Melalui simbol itu, orang tua belajar pentingnya dialog antar-generasi. Semangat Gen Z perlu dibimbing dengan pengalaman dan perspektif matang. Orang tua tak menahan, tetapi mengarahkan, agar keberanian tetap produktif dan aspirasi tersalurkan dengan cara yang aman dan bijaksana.

Setiap bendera yang berkibar adalah pengingat bahwa masa depan demokrasi ada di tangan Gen Z. Orang tua berperan memberi doa, pengalaman, dan pengawasan dari jauh, agar semangat itu tak padam, melainkan tumbuh menjadi energi perubahan yang lebih besar.

Di akhir, hanya doa tulus mampu menghangat hati dan pikiran: “Semoga langkahnya selalu aman, semangatnya tetap terarah, dan nilai-nilai yang diperjuangkan menebar kebaikan bagi dirinya dan orang lain.” Harapan itu mengingatkan, keberanian harus selalu dibarengi kebijaksanaan dan kasih sayang orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun