Perjalanan pembangunan desa di Indonesia kini makin bergantung pada kekuatan data yang akurat dan tepat sasaran. Dalam konteks ini, peran Kader Pembangunan Manusia (KPM) menjadi sangat krusial, khususnya dalam mendorong intervensi layanan dasar yang berbasis pada data yang valid dan terkini.
Sistem e-HDW dirancang untuk mendukung pemerintah desa melalui peran aktif KPM dalam mengidentifikasi dan menangani persoalan layanan dasar. Namun, praktik di lapangan menunjukkan bahwa dukungan terhadap KPM masih belum sepenuhnya optimal dan menghadapi berbagai tantangan teknis maupun struktural.
Diskusi bersama KPM se-Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, mengungkap sejumlah persoalan mendasar yang perlu mendapat perhatian serius. Di sisi lain, muncul pula inisiatif strategis dari para KPM sendiri yang berpotensi memperkuat posisi dan peran mereka dalam mendukung sistem layanan dasar desa ke depan.
KPM: Pilar Pembangunan Manusia Berbasis Data
KPM di desa memiliki mandat penting dalam mendukung konvergensi pencegahan stunting, terutama melalui aplikasi e-HDW. Tugas mereka mencakup pendataan sasaran, pemantauan penerima manfaat, serta pelaporan data untuk mendukung perencanaan dan intervensi program yang tepat sasaran.
Data yang dikumpulkan KPM menjadi fondasi dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Nugroho dan Wibowo (2020) dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Data (Bappenas) menegaskan bahwa transformasi pembangunan hanya dapat dicapai jika berbasis data yang akurat dan partisipatif.
Meski e-HDW menjadi alat bantu penting, proses pengumpulan dan penginputan data oleh KPM tidak selalu berjalan lancar. Dari diskusi dengan KPM se-Kecamatan Jonggat terungkap bahwa dashboard e-HDW sering mengalami kendala teknis, menyebabkan keterlambatan bahkan terhentinya input data triwulan pertama dan kedua. Meski begitu, gangguan teknis tersebut kini telah berhasil diatasi.
Kesenjangan Dukungan dan Beban KPM
Permasalahan lain yang mencuat adalah soal penganggaran operasional, khususnya untuk kebutuhan kuota internet. Ada KPM yang mendapat dukungan dana dari desa sebesar Rp50.000 hingga Rp100.000 per bulan. Namun, tidak sedikit pula yang tidak memperoleh dukungan sama sekali dari desa.
Keberhasilan intervensi sosial sangat bergantung pada keberlangsungan kerja kader lapangan. Sayangnya, tugas mereka sering kali tidak didukung oleh infrastruktur dan logistik yang memadai. Padahal, mereka adalah ujung tombak dalam pengumpulan dan pemanfaatan data yang strategis di tingkat desa.
Ketiadaan dukungan ini menunjukkan bahwa belum semua desa memandang peran KPM sebagai bagian integral dari pembangunan. Padahal, keberadaan KPM dan data e-HDW sangat relevan dalam mendukung prioritas nasional seperti penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem secara terarah dan berbasis data.
Inisiatif Forum: Menguatkan Posisi dan Peran KPM
Dalam diskusi bersama KPM se-Kecamatan Jonggat, muncul satu gagasan menarik: pembentukan Forum KPM tingkat kecamatan bahkan kabupaten. Usulan ini berasal dari KPM Desa Pengenjek (Munawir) dan disetujui secara KPM dari desa-desa lainnya, meskipun forum tersebut belum terbentuk secara formal.