Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Agar Tak Tumbang Sosial: Tips Pendamping Desa Menjaga Energi di Musim Silaturahmi

5 April 2025   23:05 Diperbarui: 5 April 2025   23:05 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi musim silaturahmi (Sumber: kompas.com/tren/read/2024/04/17/093000365/)

Musim silaturahmi pasca-Lebaran selalu menjadi momen yang penuh kehangatan, namun juga padat dan melelahkan. Undangan halal bi halal datang bertubi-tubi, dari keluarga besar hingga komunitas desa. Bagi seorang pendamping desa, ini adalah fase yang menuntut kesiapan lebih dari sekadar fisik.

Pendamping desa tidak hanya bertugas mengawal program pembangunan dan pemberdayaan. Mereka juga harus hadir secara sosial. Peran ini menempatkan mereka dalam arus interaksi yang padat, menuntut senyum, sapa, dan keterlibatan emosional yang tak bisa dihindari.

Di berbagai wilayah, acara halal bi halal diadakan oleh banyak unsur masyarakat. Mulai dari tokoh adat, kelompok tani, BPD, karang taruna, hingga majelis taklim. Kehadiran pendamping desa di acara-acara ini dianggap sebagai simbol kebersamaan dan wujud dukungan negara di tengah masyarakat.

Namun, di balik itu semua, ada kelelahan yang sering tak terucap. Social energy, atau energi sosial, bisa terkuras habis. Konsep ini mengacu pada kapasitas seseorang untuk hadir secara psikis dalam interaksi sosial yang berulang dan intens (Konrath, 2014). Jika tidak dikelola, seseorang bisa mengalami kelelahan sosial bahkan sebelum minggu pertama Syawal berakhir.

Pendamping desa, yang sehari-harinya sudah berkutat dengan data, musyawarah, hingga dinamika kelompok, kini harus bertransformasi menjadi wajah ramah di setiap panggung silaturahmi. Energi yang terkuras bukan hanya karena bicara atau berdiri berjam-jam, tapi juga karena tuntutan untuk selalu terhubung secara emosional.

Mengelola social energy bukan perkara sederhana. Ini bukan sekadar tentang stamina, tetapi tentang bagaimana mengatur intensitas keterlibatan sosial tanpa kehilangan kualitas kehadiran. Menjadi hadir secara utuh di banyak tempat dalam waktu singkat jelas memerlukan strategi.

Langkah pertama yang dilakukan pendamping desa biasanya adalah menyusun prioritas. Tidak semua undangan harus dihadiri penuh. Sebagian bisa diwakili atau cukup dengan kehadiran singkat. Strategi ini penting untuk menghindari jebakan perfeksionisme sosial yang melelahkan (Netting et al., 2012).

Kehadiran bukan semata-mata soal durasi. Kadang, sapaan hangat dan pesan singkat yang menyentuh sudah cukup memberikan kesan yang dalam. Pendamping yang bijak tahu kapan ia perlu hadir sebagai tokoh utama, dan kapan cukup sebagai pendengar yang baik.

Mengatur waktu juga menjadi kunci. Pendamping desa yang cermat akan menyisakan jeda antar acara. Waktu 15 hingga 30 menit cukup untuk menarik napas, minum air, atau sekadar duduk dalam diam. Jeda kecil ini mampu menyegarkan ulang energi sosial yang mulai menipis.

Lebaran identik dengan hidangan melimpah. Namun bagi pendamping desa, memilih asupan yang sehat menjadi penting. Terlalu banyak makanan manis dan berlemak bisa mempercepat rasa lesu. Tubuh yang tidak nyaman akan berdampak pada suasana hati, dan itu mempengaruhi kualitas interaksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun