Namun, bagi kami, mereka tetaplah sosok yang sama seperti dulu. Sosok yang sabar menghadapi kebodohan kami, yang tak bosan mengulang penjelasan saat kami tak mengerti, yang selalu memberi motivasi meskipun kami sering kali bandel. Mereka adalah figur yang membentuk masa depan kami.
Menghormati guru adalah bagian dari budaya desa yang masih dijaga. Dalam buku Pendidikan dalam Masyarakat Tradisional (Surya, 2020), dijelaskan bahwa masyarakat pedesaan memiliki ikatan emosional yang kuat dengan guru-guru mereka. Guru bukan hanya pendidik, tetapi juga pemimpin informal yang dihormati.
Kegiatan buka puasa bersama ini menjadi salah satu cara menjaga warisan tersebut agar tidak luntur oleh zaman. Kami ingin anak-anak desa hari ini melihat bahwa menghormati guru bukan hanya sekadar sikap di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan setelahnya, sepanjang perjalanan hidup mereka.
Kami ingin mereka tahu bahwa ilmu yang didapat di sekolah tidak berhenti saat selesai SD, tetapi terus kami bawa hingga hari ini. Kami ingin mereka memahami bahwa guru bukan hanya sosok yang harus dihormati saat masih bersekolah, tetapi juga setelah kami dewasa dan menjalani kehidupan sendiri.
Beberapa tahun terakhir, perubahan sosial dan teknologi telah mengubah banyak hal. Rasa hormat kepada guru mungkin tidak sekuat dulu. Otoritas guru di kelas mulai digeser oleh akses informasi yang luas dari internet, yang kadang lebih dipercaya dibandingkan petuah dan nasihat dari para guru.
Namun, sebagaimana ditulis dalam Harian Kompas (2023), keberadaan guru sebagai pendidik karakter tetap tak tergantikan. Pendidikan bukan hanya soal mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk manusia yang berakhlak dan bermoral. Guru tetap memiliki peran besar dalam membangun karakter generasi muda.
Buka puasa bersama ini mungkin hanya satu acara kecil. Tidak ada kemegahan, tidak ada publikasi besar-besaran. Hanya sepiring kurma, teh manis, dan tawa yang mengisi ruangan. Tetapi di balik kesederhanaannya, ada nilai yang kami coba jaga agar tidak hilang ditelan perkembangan zaman.
Ada rasa hormat yang kami ingin terus pupuk. Ada ikatan yang kami harap tidak akan pernah putus. Di penghujung acara, sebelum pulang, kami menyalami para guru satu per satu. Seperti dulu saat kami masih kecil, mereka mengusap kepala kami, tersenyum, dan berpesan agar kami tetap menjadi orang baik.
Malam itu, kami pulang dengan hati yang lebih hangat. Walau waktu berjalan, nilai-nilai yang diajarkan di desa ini masih hidup dalam diri kami. Kami ingin buka puasa bersama ini terus berlanjut. Tidak hanya untuk kami, tetapi juga untuk generasi selanjutnya yang akan tumbuh di desa kami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI