Kejadian serupa, sangat mungkin pernah menimpa Anda. Saat seseorang sakit, apakah anak, ibu, ayah, nenek atau tetangga kita sakit. Sudah tentu akan memaka para sanak saudara dan tetangga untuk besuk (menengok) ke rumah sakit atau ke rumah kita, yang sama sekali tidak pernah terpikrikan sebelumnya. Atau bahkan sangat terasa berat karena kesibukan.
Tapi satu hal yang tidak bisa terbantahkan, setiap orang sakit akan selalu mendapat “pelayanan istimewa” dari sebelumnya. Siapapun, tidak ada yang kuasa menolak perintah dari orang yang sedang sakit. Hampir semua permintaannya dituruti, kecuali hal yang dilarang dokter atau yang membayahakan si pasien.
Termasuk dari dua peristiwa diatas yang kemudian menyadarkan saya, betapa orang sakit punya kekuatan dahyat untuk “memaksa” orang sehat agar melakukan sesuatu, yang mungkin sebelumnya sangat berat dilakukan. Sama beratnya ketika saya harus menjual maskawin isteri saya. Tetapi faktanya malah berbalik. Justeru isteri saya yang “memaksa” saya untuk menjual maskawin, ketika dirinya sedang sakit.
Demikian halnya sikap bapak saya yang sangat kuat memegang tradisi patriarki, yang enggan membantu emak, walau sekadar menimba air. Tapi kenyataanya, dengan lantaran nenek sakit, disitulah Tuhan telah “menyampaikan pesan” kepada bapak saya, yang kemudian bapak saya ‘dipaksa’ untuk menjadi orang peduli terhadap emak, hingga sekarang.
Ternyata, melalui orang sakit, Tuhan telah menyusupkan energi “Al-Qahhar (Maha menundukkan) dan Al Jabbar (Maha Perkasa)” kedalam detak jatung setiap kita, ke bilik saya dan bapak saya. Dalam kondisi isteri saya dan nenek sakit itulah, saya dan bapak saya membuang “gensi pribadi” untuk kemudian melalukan sesuatu demi sebuah kesembuhan orang-orang yang kita cintai. Subhanallah!
Palembang, 9 Juli 2014
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI