Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembakaran Bendera Bertuliskan Kalimat Tauhid? Jangan Terlalu Baper Bung!

23 Oktober 2018   07:57 Diperbarui: 23 Oktober 2018   09:14 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid (Gambar: Benntengsumbar.com)

Dikisahkan dalam Perang Uhud, Mush'ab bin Umair adalah salah seorang pahlawan dan pembawa bendera perang. Saat situasi mulai gawat karena kaum Muslimin melupakan perintah Nabi, maka ia mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan bertakbir sekeras-kerasnya, lalu maju menyerang musuh.

Targetnya, untuk menarik perhatian musuh kepadanya dan melupakan Rasulullah SAW. Dengan demikian ia membentuk barisan tentara dengan dirinya sendiri.

Tiba-tiba datang musuh bernama Ibnu Qumaiah dengan menunggang kuda, lalu menebas tangan Mush'ab hingga putus, sementara itu Mush'ab tetap meneriakkan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Maka Mush'ab memegang bendera dengan tangan kirinya sambil membungkuk melindunginya. Musuh pun menebas tangan kirinya itu hingga putus pula.

Mush'ab membungkuk ke arah bendera, lalu dengan kedua pangkal lengan meraihnya ke dada sambil berucap, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, dan sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul."

Lalu orang berkuda itu menyerangnya ketiga kali dengan tombak, dan menusukkannya hingga tombak itu pun patah. Mush'ab pun gugur, dan bendera jatuh. Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada.

Rasulullah bersama para sahabat datang meninjau medan pertempuran untuk menyampaikan perpisahan kepada para syuhada. Ketika sampai di tempat terbaringnya jasad Mush'ab, bercucuranlah dengan deras air matanya.

Tak sehelai pun kain untuk menutupi jasadnya selain sehelai burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan di kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah SAW bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutuplah dengan rumput idzkhir!"

Kemudian sambil memandangi burdah yang digunakan untuk kain penutup itu, Rasulullah berkata, "Ketika di Makkah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapi rambutnya daripadanya. Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah."

Setelah melayangkan pandang, ke arah medan laga serta para syuhada, kawan-kawan Mush'ab yang tergeletak di atasnya, Rasulullah berseru, "Sungguh, Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa kalian semua adalah syuhada di sisi Allah!"

***

Kisah Mush'ab bin Umair tentu tak asing lagi di kalangan umat islam. Pesannya sangat kuat yakni apapun yang terjadi pada dirimu, meski harus mengorbankan nyawa sekalipun, tegakkanlah kalimat Allah.

Video viral pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dilakukan sekelompok orang saat perayaan Hari Santri Nasional kemarin memicu reaksi keras. HSN yang harusnya menjadi momentum kebangkitan bersama untuk menyatukan negeri, jelas terciderai akibat insiden tersebut.

Apapun alasannya, pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid sudah barang tentu akan menuai perdebatan. Bahkan bisa jadi kecaman. Kenapa? Sebab meski bukan negara muslim, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Kesemuaannya itu tentu memiliki tingkat pemahaman tentang Islam yang berbeda-beda pula.

Kita boleh saja berdalih kalau yang dibakar itu bukanlah kalimat tauhid, melainkan bendera dari organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah sejak 19 Juli 2017 lalu.

Tapi jika tidak panik dan agak tenang, kita bisa berfikir sedikit terbuka. HTI memang sudah sah secara hukum dibubarkan, namun tidak serta merta segala sesuatu yang identik dengan HTI menjadi terlarang.

Kalimat tauhid bukanlah milik HTI, melainkan milik umat islam secara keseluruhan. Kalimat tauhid tak akan ternodai sedikitpun hanya karena digunakan oleh HTI. Demikianlah hukum kerjanya.

Jika masih berdalih juga dengan alasan pembakaran tersebut dilakukan untuk melindungi kalimat tauhid, takut terinjak-injak, mengapa bendera itu tak masukan saja ke tas, atau dikantongi? Saya kira hal yang demikian lebih baik sebab ada itikad menjaga perasaan semua pihak dan tidak menimbulkan polemik.

Sengaja saya tuliskan kisah Mush'ab bin Umair di atas agar kita semua bisa mengambil pelajaran dari serangkaian peristiwa. Agama tidak punya motif ekstrem sebab mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan cinta kasih pada sesama. Kita semua harusnya menjadi jalan tengah atas kekalutan yang mendera bangsa ini bukan malah bertindak arogan.

Rasanya kita harus merevolusi sikap, mental, serta hati kita agar tak terlalu baper dan sensi melihat simbol-simbol perjuangan islam. Tak perlu pula urusan ini kita kait-kaitkan dengan iklim politik nasional yang sudah lebih dulu tidak sehat.

Kabarnya, beberapa oknum yang diduga melakukan pembakaran sudah diamankan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) seperti yang diberitakan oleh CNN juga sudah memberikan tanggapan soal perkara ini. Mari jaga persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun