Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembakaran Bendera Bertuliskan Kalimat Tauhid? Jangan Terlalu Baper Bung!

23 Oktober 2018   07:57 Diperbarui: 23 Oktober 2018   09:14 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid (Gambar: Benntengsumbar.com)

Kisah Mush'ab bin Umair tentu tak asing lagi di kalangan umat islam. Pesannya sangat kuat yakni apapun yang terjadi pada dirimu, meski harus mengorbankan nyawa sekalipun, tegakkanlah kalimat Allah.

Video viral pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dilakukan sekelompok orang saat perayaan Hari Santri Nasional kemarin memicu reaksi keras. HSN yang harusnya menjadi momentum kebangkitan bersama untuk menyatukan negeri, jelas terciderai akibat insiden tersebut.

Apapun alasannya, pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid sudah barang tentu akan menuai perdebatan. Bahkan bisa jadi kecaman. Kenapa? Sebab meski bukan negara muslim, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Kesemuaannya itu tentu memiliki tingkat pemahaman tentang Islam yang berbeda-beda pula.

Kita boleh saja berdalih kalau yang dibakar itu bukanlah kalimat tauhid, melainkan bendera dari organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sudah dibubarkan oleh pemerintah sejak 19 Juli 2017 lalu.

Tapi jika tidak panik dan agak tenang, kita bisa berfikir sedikit terbuka. HTI memang sudah sah secara hukum dibubarkan, namun tidak serta merta segala sesuatu yang identik dengan HTI menjadi terlarang.

Kalimat tauhid bukanlah milik HTI, melainkan milik umat islam secara keseluruhan. Kalimat tauhid tak akan ternodai sedikitpun hanya karena digunakan oleh HTI. Demikianlah hukum kerjanya.

Jika masih berdalih juga dengan alasan pembakaran tersebut dilakukan untuk melindungi kalimat tauhid, takut terinjak-injak, mengapa bendera itu tak masukan saja ke tas, atau dikantongi? Saya kira hal yang demikian lebih baik sebab ada itikad menjaga perasaan semua pihak dan tidak menimbulkan polemik.

Sengaja saya tuliskan kisah Mush'ab bin Umair di atas agar kita semua bisa mengambil pelajaran dari serangkaian peristiwa. Agama tidak punya motif ekstrem sebab mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan cinta kasih pada sesama. Kita semua harusnya menjadi jalan tengah atas kekalutan yang mendera bangsa ini bukan malah bertindak arogan.

Rasanya kita harus merevolusi sikap, mental, serta hati kita agar tak terlalu baper dan sensi melihat simbol-simbol perjuangan islam. Tak perlu pula urusan ini kita kait-kaitkan dengan iklim politik nasional yang sudah lebih dulu tidak sehat.

Kabarnya, beberapa oknum yang diduga melakukan pembakaran sudah diamankan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) seperti yang diberitakan oleh CNN juga sudah memberikan tanggapan soal perkara ini. Mari jaga persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun