Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lawan Politik Jokowi Kok Cemen Semua?

12 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 14 Februari 2019   12:05 1737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar utama dari detik.com

Mereka terindikasi melanggar hukum, dan ditersangkakan  Maka itu tak bisa dibilang kriminalisasi, melainkan murni kriminal. Pengasara mereka yang banyak, tapi kayanya kekurangan klien itu, sudah mencoba sekuat tenaga membela, tapi ternyata tidak bisa, karena bukti-buktinya kuat. Ya udah jalani saja. Jangan malah teriak-teriak kriminalisasi dan membawa gerombolan ke kantor polisi, seolah-olah polisi akan takut dengan mereka. Tak ada gunanya meneror polisi karena bila diperlukan polisi diberi kewenangan melakukan tindakan represif kalau aksi massa sudah berlebihan. Berani? Saya tak yakin, karena terbukti ketika Rizieq ditangkap polisi di era SBY, pengikutnya yang selalu berlagak sangar itu hanya diam seribu bahasa. Mereka berlagak berani karena tahu orang akan memilih diam saja. Kualitas mereka belum seperti Taliban atau ISIS yang nekat, meski mereka memuja iblis bertopeng Islam tersebut.

Lain lagi Rizieq, satu kasusnya sudah SP3, yakni chat mesum dengan Firza Husein. Namun bukan berarti kasus itu ditutup, karena jika ada bukti baru kasus itu akan hidup lagi dan dia akan tetap diproses. Lagipula kasus lainnya yang mesti dipertanggungjawabkannya masih banyak. Namun apa yang dia lakukan? Kabur dan berteriak-teriak dari jauh, menentang Jokowi. Dia tak punya keberanian pulang, karena katanya takut dibunuh. Oalah, kalau Jokowi seperti Soeharto, dia takkan bisa kabur ke Arab, melainkan sudah mati di salah satu penjara militer. Enak saja menuduh Jokowi sekeji itu! Aslinya Rizieq memang penakut. Mau bilang apa lagi?

Sukmawati, Sri Bintang, dan Kivlan Zen kini diam seribu bahasa, setelah rencana makar mereka dengan menduduki gedung DPR/MPR dibongkar polisi.

Mereka masih gede omong di berbagai forum di komunitas mereka, tapi ke publik sudah tidak lagi. Tak ada lagi pidato berapi-api Sri Bintang tentang mudahnya menjatuhkan Jokowi. Tak ada lagi fitnah terlontar dari mulut Sukmawati, putri Bung Karno yang tampaknya frustrasi karena tak bisa menjadi Ketua Umum PDIP, menggantikan kakaknya. Dan Jokowi tidak mengancam mereka. Proses hukum saja yang membuat mereka kehilangan energi, ditambah cibiran dari masyarakat.

Namun mereka menuduh Jokowi berada di belakang polisi, hanya karena Jokowi adalah panglima tertinggi TNI dan POLRI. Belum pernah terbukti, Jokowi memanfaatkan TNI dan POLRI untuk kepentingan kekuasaannya, meski menuduh itu gampang. Faktanya okowi bukanlah Soeharto, mantan mertua Prabowo.

Tuduhan-tuduhan PKI dan antiIslam masih terus disemburkan, tapi kedekatan yang diperlihatkan Jokowi dengan para ulama, membungkam semua isu tersebut. Apalagi dengan banyaknya deklarasi dukungan untuk Jokowi dari kalangan ulama dan da'i muda. Semua membuat FPI, HTIdan PA 212 yang bekerja untuk Prabowo-Sandi keteteran.

Lembaga Survei Menangkan Jokowi

Kini kondisinya semakin  mengesalkan kubu Prabowo-Sandi. Hasil survei berbagai lembaga survei terbaru menunjukkan elektabilitas Jokowi masih tinggi. Selisihnya ada yang mencapai 30 persen. Prabowo-Sandi hanya beda sedikit dengan Jokowi --Ma'ruf di lembaga survei internal Gerindta yang hasilnya tentu sama saja dengan onani.

Berrikut hasil survei tersebut: LSI Denny JA, elektabilitas Jokowi Ma'ruf 54.8 persen, Prabowo-Sandi cuma 31,0 persen. Survei dilakukan 18 -- 25 Januari 2019. Berikutnya Populi Center yang melakukan survei 20 -- 27 Januari 2019. Hasilnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 54,1 persen, Prabowo Sandi 31,0 persen. Selanjutnya Charta Politika yang melakukan survei 22 Desember 2019 -- 2 Januari 2019, hasilnya 53,2 persen untuk Jokowi-Ma'ruf dan 34,1 persen untuk Prabowo-Sandi. Indikator Politik menemukan 54,9 untuk Jokowi-Ma'ruf dan 34,8 untuk Prabowo-Sandi, Survei dilakukan 16 -- 36 Desember 2018. Lalu Y- Publica, yang melakukan survei 26 Desember 2018 -- 8 Januari 2019, menemukan 53, 5 untuk Jokowi-Ma'ruf dan 31,9 untuk Prabowo-Sandi. Survei Median mendapatkan angka 47,9 untuk Jokowi-Ma'ruf dan 38,7 untuk Prabowo-Sandi. Terakhir SMRC (Syaiful Munjani Research $ Consulting) yang mendapatkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 60,4 persen dan Prabowo-Sandi 29,8 persen pada survei yang dilakukan 7 -- 14 September 2018 tersebut. Selengkapnya bisa dibaca di tribunnews.com

Meskipun kubu Prabowo tidak mau percaya lembaga-lembaga survei ini, seperti juga mereka tak mempercayai media-media mainstream, dengan mengatakan semua lembaga suvei dan media nasional sudah dikuasai Jokowi---sebuah tuduhan yang amat absurd dan kekanakan--tapi hasil-hasil lembaga tersebut cukup membuat mereka jengkel dan blingsatan, meskipun ngakunya tidak. Jadi mereka terus menyemburkan kebohongan demi kebohongan untuk membuat rakyat linglung dan tak peduli lagi mana yang benar. Rakyat diharapkan akan memilih nama yang sering terdengar saja. Untuk itulah mereka bikin semua kehebohan tersebut, agar nama mereka tetap ada di orbit, meskipun nama buruk.

Dari sini terlihat betapa cemennya lawan-lawan politik Jokowi ini. Di saat Jokowi aktif membalas serangan, mereka merasa dizalimi, padahal biasa saja dalam politik balas menyerang itu. Apalagi Jokowi sudah diam selama 4 tahun , membiarkan mereka menghina, memfitnah, mencaci maki, membuat dan menyebarkan berita bohong sesukanya. Kini ketika Jokowi gaspoll membalas, mereka mewek dan misuh-misuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun