Namun ingatkah kamu pada malam itu?
 Terseduh udara dingin Moskow malam itu, dari puncak sebuah kedai kopi langgananku aku membaca sebuah email dengan mata basah.
'Maaf, kita tidak bisa lagi bersama sama'
Malam itu tak ada pertengkaran, malam itu aku tak menuntut penjelasan apapun. Mungkin memang ini buntut dari kekecewaan yang kau tahan selama dua tahun lamanya.
Malam itu, dingin seolah membekukan sekeping hatiku yang patah.
Malam itu, aku membuang jauh jauh pikiran untuk pulang.
Menghempaskan bayangan wajahmu yang mengakar dalam ingatan, aku membuang segalanya karena lebih dari paham bahwa untuk terus bertahan di sini aku membutuhkan hati yang kuat.
Malam itu, tak ada lagi puisi diam diam kutulis  untukmu.
Terlepas dari malam itu, tak kusangka aku menemuimu kembali. Dua tahun setelahnya.
Setelah lebih dari enam bulan aku menyelesaikan masa studi, kau mengabariku untuk datang.
Memintaku untuk sekedar melengkapi bahagiamu, atau seluruh bahagiamu.