Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sebuah Percobaan Bunuh Diri

14 Mei 2018   08:35 Diperbarui: 14 Mei 2018   12:23 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku meneguk botol sampanye, bersendawa sendiri  lalu tertawa. Memangnya siapa yang akan memberimu uang jajan kalau aku mati, hah?.

Di tengah rasa kecewanya karena aku tak mau menyentuh makanan yang ia pesankan, ia bercerita padaku tentang bosnya. Sedikit menyentil tentang prahara rumah tangga mereka. Bosnya adalah orang yang sangat royal kepada karyawan asalkan mereka mau tutup mulut mengenai sebuah skandal yang telah lama ia tutup tutupi. Jujur saja sebenarnya Beny bukan orang yang suka gosip, mungkin saja dia bercerita seperti itu agar pertemuan kami tidak terkesan membosankan.

"Bosku ini selingkuh dengan sekretarisnya sendiri, cantik dan indah tubuhnya. Pantas saja bosku tergoda. Tapi kalau ketahuan istrinya, besar kemungkinan dia akan dibakar hidup hidup di tengah jalan. Lihat saja" kata Beny sembari mengelus elus ponsel pintarnya dan menunjukkan padaku foto foto panas. Aku mengangguk angguk, meneguk gelas sampanyeku lagi, bersendawa lalu ditertawakan oleh Beny.

Malam itu aku pulang dengan pikiran kalut. Kupikir menarik juga kalau aku ikut dalam kompetisi mendapatkan perhatian orang yang telah beristri. Mungkin itu akan mempercepat jalanku menuju   hal yang kuinginkan sejak lama.

-

Lagi lagi pagi ini aku dikejutkan oleh sebuah surat di kolong meja. Bersimbah darah, penuh coretan kata kata kotor dan makian. Aku bukannya takut tetapi tak ada alasan juga terus menyimpannya, kuputuskan untuk menyembunyikannya ke bak sampah.


Sudah beberapa kali di bulan ini aku menerima surat kaleng berisi ancaman pembunuhan. Dalam kalimatnya, si pembunuh akan mengirimku peluru lewat sniper. Juga akan mencekokiku dengan kopi yang telah larut racun tikus. Lebih konyol lagi katanya fotoku telah didonasikan pada dukun sakti untuk diguna guna. Aku hanya tertawa, bodoh sekali pengirimnya.

Siang ini aku akan makan siang dengan kekasihku, bukan Beny.

Seseorang yang sudah memiliki perut buncit, seperti mengandung empat bayi kembar. Penyuka perempuan cantik. Lelaki yang uangnya banyak dan harga satu stel jasnya belasan juta. Seseorang yang seminggu yang lalu menghadiahiku mobil baru disusul dengan rumah mewah lengkap dengan isinya. Lelaki itu sering kuikatkan dan kurapikan dasinya.

Persetan dia siapa, aku mencintainya lebih dari apapun. Meski aku gelagapan jika menghadapi permainannya yang tidak pernah pelan dan santai bahkan sering megap megap seperti ikan kekurangan air jika sudah ditunggangi tubuhnya yang sebesar kerbau. Aku mencintainya melebihi istri sahnya yang sering ngamuk ngamuk.

Lelaki ini yang membunuhku  diam diam, membunuh harga diri dan martabatku sebagai perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun