Mohon tunggu...
Immanuella Devina
Immanuella Devina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, UAJY

Communers'19 be a voice, not an echo.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Di Balik Gemerlap iPhone Ada "iSlave"

29 Maret 2021   12:12 Diperbarui: 29 Maret 2021   12:40 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertama kali dipublikasikan oleh Greenpeace Switzerland

Siapa yang tidak kenal dengan iPhone?

Saya yakin bahwa banyak Kompasianer yang menggunakan smartphone ini dengan berbagai tipe. Namun, apakah anda kenal dengan iSlave? istilah ini cukup terkenal dan banyak dibahas dengan iPhone. Sedikit pengenalan, iSlave ini adalah salah satu kampanye yang ada dalam culture jamming untuk mengecam iPhone, lho...

Apa itu culture jamming dan seperti apa kampanye iSlave? Kita akan bahas terlebih dahulu tentang postmodernisme! 

Postmodernisme : Mendekonstruksi Kebenaran

Postmodernisme lahir dari adanya modernisme. Ini merupakan ide baru yang menolak modernism dan memberikan kritik-kritik tentang kegagalan akan martabat manusia. Sekilas tentang modernisme, ide ini mengenalkan tentang kemajuan dari sebuah rasionalitas. Namun, seperti yang dikatakan Max Horkheimer, Ardono, dan Herbet Marcuse, modernisme ini melahirkan penindasan dan dominasi.

Konsep postmodernisme memandang bahwa tidak ada epistemologi universal yang kemudian diklaim sebagai suatu kebenaran. Tidak ada landasan filosofis universal untuk pemikiran atau tindakan manusia. Semua kebenaran selalu terikat budaya. Oleh karena itu, apa yang kita anggap benar belum tentu benar menurut orang lain (Barker & Jane, 2016, h. 230).

Modernism terlalu menguniversalisasi sedangkan postmodernisme lebih kepada relativisme. Relativisme berpendapat bahwa kebenaran sehausnya berasal dari hasil perdebatan klaim-klaim. 

Tidak ada sudut pandang seseorang yang dapat melihat berbagai pengetahuan lalu dianggap sama nilainya dengan sudut pandang lain. Hal ini karena sudut pandang seseorang mengacu pada nilai-nilai dan bukan kebenaran transendental ( Barker & Jane, 2016, h.231). 

Salah satu tokoh paling penting di postmodernisme, Jean-Francois Lyotard mengenalkan postmodernisme. Ia mengatakan bahwa dalam postmodernisme ilmu tidak harus langsung diterima kebenarannnya tetapi dapat diselediki dan dibuktikan terlebih dahulu (Setiawan, 2018).

Culture Jamming

Culture Jamming adalah salah satu bentuk postmodernisme untuk mengkritik budaya dominan dan modernitas. Culture jamming ini seringdiwujudkan dalam karya seni yang mengejutkan seringkali lucu dan satir. 

Praktik ini terinspirasi dari teori kritis Frankfurt School tentang kekuataan media massa dan iklan yang mampu membentuk dan mengarahkan norma, nilai, ekspektasi, dan perilaku kita dalam taktik sadar dan tidak sadar. 

Dengan memasukkan gambar atau nilai yang ditambahkan pada sebuah brand, memes yang diproduksi dalam culture jamming bertujuan untuk menghasilkan perasaan yang terkejut, takut, dan kemarahan bagi yang melihatnya. 

Emosi ini dapat menjadi dasar perubahan dan aksi politik (Cole, 2018). Kadang, culture jamming menggunakan meme atau pertunjukkan publik untuk mengkritik praktik norma atau asumsi politik yang mengarah pada ketidakadilan.

Mengenal iSlave:  Telah Hadir Sejak 2010

Pada tahun 2017, Apple telah mengkumandangkan iPhone X yang sangat eye-catching dan meneggambarkannya sebagai "masa depan smartphone." Namun, kenyataan pada produksi ini tidak sama sekali berubah. Sejak iPhone pertama dijual satu dekade yang lalu, produksi ikonik itu telah banyak dikritik dengan klaim adanya pekerja pabrik yang bunuh diri, kondisi tempat kerja yang ekstrim, penggunaan bahan kimia yang mematikan, dan pelanggaran terhadap pekerja anak (Ried, 2017).

Sebuah NGO di Jepang, Students and Scholars Against Corporate Misbehavior (SACOM) melakukan investigasi terhadap pekerja di perusahaan Foxconn---rekanan Apple untuk merakit bermacam produk. Sebelum perilisan iPhone 5, SACOM mengeluarkan 10 lembar laporan dengan judul "New iPhone, old abuses." Laporan itu mengklaim bahwa pekerja pabrik Foxconn di Zhengzhou dipaksa untuk bekerja lembur dan mengalami banyak pelanggaran kerja (Lowenshon, 2012).

Salah satu aktivis, Debby Chan, melaporkan waktu lembur yang berlebihan bagi para pekerja, jam kerja wajib yang melanggar undang-undang ketenagakerjaan China. Dia juga menyatakan adanya kerja lembur yang tidak dibayar serta pertemuan wajib dimana manajer mencaci karyawan tentang produktivitas rendah, tingginya tingkat cacat produk, dan masalah kedisiplinan. 

Keadaan prabik juga tidak aman khususnya pada bengkel pengerjaan logam dan pemrosesan suku cadang Foxconn, di mana para pekerja menangani bahan kimia dengan sedikit perlindungan (Greene, 2012). Sayang sekali, pada saat itu Apple tidak merespon dengan serius penemuan dari SACOM.

Namun, sejak itu, Apple dan rantai pasokannya mendapatkan pengawasan ketat selama bertahun-tahun. Apple sempat menjadi subjek dari laporan investigasi The New York Times. 

Laporan itu menunjukkan masalah tenaga kerja dan keselamatan yang buruk di fasilitas pemasoknya. Ia menggunakan praktik bisnis kejam. Selain itu, Apple sendiri melaporkan bahwa memang ada masalah dalam jam kerja dan kepatuhan terhadap standar lingkungan. Berdasarkan hal ini, The New York Times mengecam Apple (Lowenshon, 2012)

Kembali kepada kampanye iSlave. Slogan iSlave ini digunakan oleh para protestor dari SACOM setiap perilisan iPhone baru. Pada 2014, SACOM mengeluarkan press release untuk aksi mereka yang diberi judul  "iSlave 6: Harsher than Harsher! Still Made in Sweatshops!" . 

Pada tahun itu, mereka membentangkan spanduk yang besar dengan gambar gadget baru dengan kata "iSlave" toko Apple Hong Kong.  Lalu, pada tahun 2017 saat perilisan iPhone X, mereka kembali melakukan demonstrasi dan menyatakan telah 10 tahun iSlavery oleh Apple.

iSlave Melawan Perbudakan di Dunia Modern

"Konsumsi kita memberikan dampak negatif bagi orang-orang di dunia global"--- pencipta Phone Story

Berdasarkan hasil penemuan SACOM terhadap perbudakan di Pabrik Foxconn dapat dilihat kaitannya dengan modernisme yang selalu mengutamakan keuntungan. Anthony Giddens dalam Maksum (2014, h.311) menjelaskan bahwa modernisme menimbulkan penggunaan kekerasaan dalam menyelesaikan sengketa. Kedua, penindasan yang kuat atas yang lemah. Ketiga, ketimpangan sosial yang mengkhawatirkan. Keempat, kerusakan hidup pekerja. Foxcomn menguasai para pekerjanya sedemikian rupa sehingga mereka tersiksa. 

iSlave oleh SACOM ini adalah bentuk dari postmodern untuk memperluas kepekaan kita terhadap realitas dari kebenaran yang ada. Selama ini, kita mungkin menganggap bahwa iPhone adalah merk handphone yang terbaik di dunia. Namun, dibalik itu semua SACOM ingin menunjukkan bahwa ada pekerja-pekerja pabrik yang mednerita. Seperti salah satu ciri postmodern, SACOM mencoba untuk mendekonstruksi atau mengurai, melepaskan, dan membuka pemahaman baru masyarakat tentang iPhone melalui kampanye iSlavery.

Culture Jamming seperti ini sangat baik untuk kita pelajari dan pahami. Hal ini karena kita tidak tahu bahwa banyak produk dan informasi yang kita konsumsi ternyata memiliki dampak yang buruk bagi orang-orang di belahan dunia lain. Untuk bisa menyuarakan ketidakadilan, postmodernisme mengajak kita untuk mncurigai kebenaran-kebenaran yang ada di sekitar kita. Kita perlu mempelajari terlebih dahulu lalu mulai berani menyatakan yang sesungguhnya.

Daftar Pustaka: 

Barker, C. & Jane, E.A. (2016). Cultural Studies: Theory and Pratice (5th ed.). London: SAGE Publications.

Cole, L.N. (2018). Understanding Culture Jamming and How it Can Create Social Change: Why Shaking Up Everyday Life is a Useful Protest Tactic. Diakses pada 28 Maret 2021 dari https://www.thoughtco.com/culture-jamming-3026194

Greene, J. (2012, September 25). 'No more iSlave:' an activist fights for Iphone workers. CNET.com. Diakses pada 29 Maret 2021 dari https://www.cnet.com/news/no-more-islave-an-activist-fights-for-iphone-workers/

Lowenshon, J. (2012, Watchdog group once again blasts Foxconn, Apple over labor.CNET.com. Diakses pada 29 Maret 2021 dari https://www.cnet.com/news/watchdog-group-once-again-blasts-foxconn-apple-over-labor/

Maksum, A. (2014). Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Posmodernisme. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Ried, J. (2017, September 14). The dark truth behind your shiny new iphone. The New Daily. Diakses pada 29 Maret 2021 dari https://thenewdaily.com.au/life/tech/2017/09/14/dark-reality-behind-iphone/

Setiawan, J. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya Terhadap Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28 (1). 25-46

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun