Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, salah satu tugas utama kami adalah memberikan informasi kepada masyarakat dengan ilmu-ilmu yang kami gunakan. Pada saat menulis artikel ini, saya kembali mengingat saat masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya memiliki minat dalam menulis.Â
Dulu saya selalu  mencoba untuk menulis berita atau karya tulis lain ke majalah Bobo atau surat kabar daerah. Namun, proses untuk berhasil dipublikasikan cukup lama  karena  menunggu persetujuan dari redaksi terlebih dahulu dan belum tentu lolos.Â
Hal itu karena saya dan mungkin orang-orang lain yang mencoba memasukkan tulisannya di surat kabar bukanlah seorang profesional yang mengerti standar menulis berita atau pun pedoman jurnalistik.Â
Namun, sekarang lihatlah saya di sini sudah mengunggah tujuh artikel di platform ini dan saya yakin banyak orang yang sudah menulis lebih banyak artikel juga. Fenomena ini lah yang akan kita bahas lebih dalam
BAGAIMANA DULU KITA MENDAPATKAN INFORMASI?Â
Dulu, informasi adalah hal yang sulit untuk didapat oleh masyarakat. Kita bergantung dengan para jurnalis yang saat itu menjadi pemain penting dalam memberikan informasi.Â
Hal ini karena ada prosedur yang harus dilakukan dan cukup detail. Menjadi seorang jurnalis juga tidak lah mudah. Sabam Leo Batubara, mantan  Wakil Ketua Dewan Pers pada tahun 2006-2010 menceritakan bahwa saat ada pertandingan olahraga di Malang, wartawan perlu pergi ke Malang. Kemudian, naskah hasil liputan itu dikirim ke Surabaya melalui pilot.Â
Pilot mengantarkan naskah ke tujuan. Oleh karena itu, kehadiran teknologi dan internet sekarang benar-benar membantu kita untuk mengakses informasi dengan mudah. (Tempo.co, 2018).Â
Dalam perkembangan teknologi dan informasi, jurnalis memiliki pemikiran baru untuk bisa memberikan informasi dengan konsumen yang beragam.
Selain itu, masyarakat juga mulai tidak hanya mengonsumsi berita tetapi memproduksi berita. Dulu, jurnalistik hanyalah sebuah catatan atau laporan harian yang disajikan oleh wartawan untuk khalayal atau massa.Â
Namun sekarang, jurnalistik dianggap sebagai proses mengumpulkan, menyiapkan, menulis dan menyiapkan informasi melalui media massa. Nah, hal ini membuat siapa saja bisa menjadi seorang pewarta walaupun tidak memiliki latar belakang jurnalistik. Hal ini dengan mudah kita kenal sebagai Citizen Journalism. (Sumadiria, 2005).