Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bersungut-sungut dan Kemenangan Paskah

18 April 2022   16:30 Diperbarui: 18 April 2022   16:45 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Istockphoto

Dua minggu, tiga minggu berjalan masih sama. Bahkan terasa sangat biasa. Tak terasa kalau aku puasa. Pagi tidak sarapan, siang tidak makan tetapi tak pernah kelaparan. Haus? Tentu saja karena terik matahari di kotaku memang terkenal panas. Namun haus itu masih dapat kutahan. Belum pernah aku tersiksa kehausan. Nah, tentang bersungut-sungut?  Ini juga terlewatkan dengan kedamaian.

Merasa mantap tanpa hambatan, aku mulai mengubah pola aktivitas. Biasanya kalau di kantor aku membatasi komunikasi agar tidak boros energi. Memasuki minggu keempat sosialisasi dan komunikasi dengan sesama tak kubatasi. Diskusi pekerjaan, ngobrol sana-sini, rasan-rasan, ngrumpi tipis-tipis semua kulakukan.

"Big Bos memang nyebeli akhir-akhir ini!" ucap Karna Gaya, temanku kerja yang duduknya di sebelahku.

"Keputusan-keputusannya tidak membuahkan hasil apa-apa," Tasaro ikut menimpali.

"Aku juga sudah muak dengan caranya berbicara dan ... !" kalimatku tak kulanjutkan sebab tiba-tiba kurasakan tengkuku tertindih beban.

Kutoleh belakang, tak ada bos datang. Kukitari ruangan dengan mata menyelidik tajam, juga tak kudapati siapa-siapa. Hanya ada aku, Karna Gaya, dan Tasaro.

Sesaat kemudian saat aku kembali menghadap ke depan kudapati  pengertian bahwa aku telah gagal hari ini. Aku telah hanyut ikut arus ngrumpi kawan-kawan. Iya, aku telah ikut bersunggut-sungut siang ini. Bukankah, bos sudah seharusnya memiliki otoritas untuk membuat kebijakan! Jadi, tugasku adalah mendukung untuk mewujudkannya. 

Mestinya aku berdoa dan berjuang demi kemajuan kantor tempatku bekerja. Bukankah keberhasilan dan kesejahteraan kantor ini adalah kesejahteraanku juga. Kenapa aku harus bersungut-sunggut kepada bos! Kalaupun bos ada kekurangannya, bukankah lebih baik aku memberikan saran kepadanya. Bukan malah mempergunjingkannya!

Waktu asar sudah lewat. Sudah saatnya aku pulang. Setelah berkemas, aku bergegas menuju tempat parkiran. Ya, ampun! Beberapa motor terparkir sembarangan di belakang mobilku. Padahal mobilku terpakir menghadap tembok.

"Pak, tolong ini!" teriakku kepada juru parkir.

"Maaf, Mas. Tadi ada tamu terburu-buru." Juru Parkir itu buru-buru menggeser beberapa motor hingga mobilku bisa atret dan meninggalkan tempat parkir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun