Mohon tunggu...
Imansyah Rukka
Imansyah Rukka Mohon Tunggu... Jurnalis - Kemuliaan Hidup bukan hanya sekedar rutinitas namun bagaimana bisa mermanfaat bagi umat manusia dan alam semesta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ketua Persatuan Pewarta Warga Indonesia - PPWI Sulawesi Selatan -- Jurnalis Koran Sergap, (sergapreborn.id), Jendela Indo News (Jendelaindo.com).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaki Bukit Sapa Bintoeng, Suatu Senja

7 Desember 2014   05:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak tahu, mengapa
Tatkala merenungi langit senja,
Aku teringat untaian kata-kata yang pernah kuungkapkan pada seorang pemuda petani di Desa itu,

“Saat senja merah merona mempesona, saat itu pula getar Ke-Ilahian selalu ingin hidup selamanya..”

Pahamkah Kau sobatku, jika sastra yang kungkapkan itu terbetik bagaikan peribahasa kesejatian seorang manusia yang selama ini selalu merindukan Sang Penciptanya.

[caption id="attachment_381078" align="aligncenter" width="300" caption="Suatu senja merona di kaki bukit Sapa Bintoeng, Kab. Bantaeng"][/caption]

Aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa ketika menatap Maha Cinta-Mu", ungkapku dalam hati ketika memandangi senja itu.

Dan terkadang, ketika kita tak mampu masuk dan berada dalam singgasanaNya,
bukan berarti kita tak bisa menjadi bagian tak terpisahkan dariNya namun kita berdamai dengan kenyataan

sementara yang lain akan bilang,

“Tataplah senja itu apa adanya, bukan apa yang seharusnya..”

mungkin yang sebenarnya terjadi bahwa :
tiap masa menentukan senjanya sendiri

Namun di akhir-akhir ini
orang mungkin terlalu tak perduli untuk sekadar mengingat kebesaran Ilhai saat senja tiba

atau sebaliknya, mereka akan bilang,
tak ada kata yang pantas kuungkapkan selain senja telah memudar, esok tak tahu mengapa. Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun