Di pertengahan 2000-an seorang kawan pernah bercerita bagaimana ia mengorganisir para pemuda di daerahnya, di kawasan Cileungsi, Bogor. Mereka menuntut "jatah" pekerjaan dari pabrik-pabrik yang tumbuh di daerah itu.
Tidak ada niat jahat, tidak ada ancaman kekerasan---hanya sekelompok pemuda yang merasa berhak atas kesempatan kerja yang mulai tumbuh di tanah kelahiran mereka.
Pembangunan kawasan industri di wilayah mereka tidak diiringi dengan pemberdayaan masyarakat setempat, sehingga mereka harus berjuang sendiri untuk mendapatkan tempat dalam roda ekonomi yang terus bergerak.
Fenomena ini bukan hal yang baru. Urbanisasi yang pesat tanpa pemerataan ekonomi sering kali melahirkan kelompok-kelompok marginal yang rentan terlibat dalam aktivitas premanisme.
Ketimpangan sosial dan ekonomi menciptakan kondisi di mana individu mencari alternatif untuk bertahan hidup, termasuk keterlibatan dalam kelompok preman atau ormas yang menawarkan perlindungan dan penghasilan.
Dari lahan parkir hingga proyek infrastruktur, kelompok-kelompok ini menemukan cara untuk mengamankan posisi mereka dalam sistem yang sering kali tidak memberi mereka pilihan lain.
Relasi Kekuasaan dan Premanisme
Dari masa ke masa, preman selalu punya tempat dalam struktur kekuasaan. Pada era kolonial, sebagaian mereka berperan sebagai oposisi terhadap penguasa Belanda, sementara sebagian lainnya, diupah sebagai tukang pukul para juragan pribumi atau meneer Belanda, sebagaimana tergambar dalam cerita rakyat Si Pitung.
Pada masa Orde Baru, pemerintah menggunakan strategi represif seperti petrus untuk mengendalikan premanisme, tetapi di sisi lain juga melakukan pembinaan dengan mengintegrasikan mereka ke dalam struktur formal seperti organisasi kepemudaan (OKP) dan ormas.
Pasca-Reformasi, pola yang sama berlanjut. Para aktivis mafhum benar bahwa ormas tertentu sering digunakan untuk membubarkan aksi demonstrasi, dan publik pun bisa membacanya di berbagai media.
Hubungan antara preman dan negara tidak selalu berseberangan---dalam beberapa kasus, mereka justru bekerja sama untuk menjaga status quo.