Mohon tunggu...
Imanraz
Imanraz Mohon Tunggu... chef

Hidup Di ERA Makanan di Foto , Omongan Dimakan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pangandaran

13 Juli 2025   10:00 Diperbarui: 13 Juli 2025   10:05 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dingin pagi pangandaran menusuk pori

Gemeretak gigi menghela nafas

Menunggu mentari indah di tepi pantai

Baca juga: Detik Ilusi

Bau khas pantai dan melodi debyur ombak

Angin sepoi menerpa rambut, jauh mata memandang, termenung memandang indahnya kuasa tuhan, 

Kembali ku tapaki pasir pantai timur yang indah

Rasa takjub dan syukur menerpa hati, sungguh syahdu hariku...

Seketika rindu kampung halaman yang panas keras dan berdebu, tanah kelahiranku sumatra tanah melayu berdarah panas, 

Inginku bertemu teman lama, menyapu kuburan ibu ayah dan kakaku, 

Tapi hatiku tetap tak mau kembali, rasa indah dan takjubku sirna seketika, termakan rasa sakit dimasa lampau,

Sungguh aku rindu kampung  halamanku, sungguh aku ingin kembali, sungguh dan tapi merasuki hati terasa seperti dan kapan membuat hati menjadi ragu, tunda dan lupa menjadi teman dan nyaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun