Bagian Pertama -- Mengupas konteks historis dan kebijakan yang menjadi akar hilangnya hak-hak masyarakat, serta praktik-praktik perusahaan sawit di wilayah studi.
Bagian Kedua -- Menelaah pemicu konflik, strategi perjuangan masyarakat lokal, serta peran LSM dan jaringan solidaritas sipil dalam mendampingi proses perlawanan.
Bagian Ketiga -- Membahas pendekatan penyelesaian konflik, baik melalui mediasi, jalur litigasi, hingga upaya diplomasi melalui kebijakan global seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil).
Bagian Keempat -- Menawarkan refleksi dan rekomendasi struktural untuk mendorong keadilan agraria yang berkelanjutan, dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek utama, bukan korban.
Tulisan ini bukan sekadar dokumentasi konflik, tetapi juga seruan moral bagi semua pihak: bahwa pembangunan yang sejati harus berpihak pada kehidupan, bukan sekadar angka-angka pertumbuhan. Bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang sertifikasi internasional, tetapi tentang menjamin hak-hak dasar masyarakat atas tanah dan lingkungan hidup.
Sebagai pembuka dari rangkaian buku yang terus akan berlanjut, naskah ini diharapkan menjadi pengingat bahwa di balik setiap butir minyak sawit yang kita konsumsi, ada kehidupan yang mungkin dikorbankan. Dan tugas kita---sebagai warga negara, sebagai manusia---adalah memastikan bahwa suara mereka yang terpinggirkan tetap terdengar. Bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI