Mohon tunggu...
Imam Wiguna
Imam Wiguna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Karyawan swasta, ayah dua anak, tinggal di Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jeruk Sadu Semanis Madu

26 September 2018   14:44 Diperbarui: 26 September 2018   14:49 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jeruk manis sadu menjadi komoditas andalan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Jasa Bagastara. G, S.T.,  menyodorkan sebuah jeruk yang tampak kusam. Sebagian besar permukaan kulitnya terlihat kecokelatan seperti karat. Ukurannya pun kecil, hanya sebesar bola pingpong. Bagas bukannya tak ingin menghargai tamu dengan menyodorkan jeruk berkualitas jelek. "Coba dulu jeruk yang jelek, habis itu baru coba jeruk yang kualitas bagus," seloroh pria asal Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu

Begitu dikupas kulit jeruk begitu rapuh dan mudah terlepas dari septa sehingga gampang saat mengupas. Meski penampilan kulit seperti busuk, tapi septa di dalamnya seluruhnya mulus. Septa tampak berwarna jingga mentereng. Begitu menyantap salah satu septa, septa langsung lumer di mulut saat diemut. Kulit ari yang menyelimuti septa begitu tipis dan bulirnya sangat lembut sehingga langsung pecah tanpa perlu dikunyah. 

Biasanya jeruk siam berkulit ari lebih tebal dan alot sehingga kerap dibuang saat disantap. Rasa jeruk dominan manis, tak sedikitpun tercecap masam. Pantas saja jeruk grade terendah itu tetap laku dibeli konsumen dengan harga Rp15.000 per kg. Harga itu setara jeruk siam yang kerap dijual di lapak-lapak buah kaki lima.

Kebun jeruk manis sadu (Jema's) seluas 5 hektare. (Foto: Imam Wiguna)
Kebun jeruk manis sadu (Jema's) seluas 5 hektare. (Foto: Imam Wiguna)
Siam madu

Setelah itu barulah Bagas---panggilan Jasa Bagastara---menyodorkan buah jeruk berkualitas bagus. Ukuran jeruk lumayan jumbo. "Ada yang lebih besar dari itu," tuturnya. Menurut Bagas, jeruk kualitas terbaik sekilogram berisi 4 buah atau berbobot rata-rata 250 g per buah. Penampilan kulit jeruk tampak mengilap dengan warna jingga mentereng sehingga tak kalah dengan penampilan jeruk impor.

Seperti jeruk yang dicicip sebelumnya, kulit begitu rapuh saat bagian bawah jeruk ditekan untuk mengupas buah. Padahal, kulit jeruk grade A itu terlihat kencang dan tebal. Kulit juga mudah terlepas dari septa. Warna septa juga jingga mentereng. Begitu dicicip, septa langsung lumer dimulut meski ukuran septa lebih besar dari jeruk sebelumnya. Hanya saja jumlah biji relatif banyak. 

Beberapa septa ada yang terdapat dua biji jeruk. Saat diukur dengan refraktrometer, tingkat kemanisan jeruk mencapai 13o briks. Padahal, buah yang dicicip adalah hasil panen saat curah hujan tinggi. "Kalau musim kemarau bisa lebih manis lagi," ujar Bagas.

Menurut Bagas itu adalah jeruk manis sadu. Bagas menyingkat nama jeruk itu dengan nama Jema's dan menjadikannya sebagai merek. Disebut jeruk manis karena citarasa jeruk dominan manis dan nyaris tanpa masam. Adapun sadu diambil dari nama sebuah desa di Kecamatan Soreng, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bagas menyematkan nama sadu karena membudidayakan Jema's di lahan yang berlokasi di desa itu.

Jeruk manis sadu berbuah terus-menerus. (Foto: Imam Wiguna)
Jeruk manis sadu berbuah terus-menerus. (Foto: Imam Wiguna)
Bagas menuturkan Jema's sejatinya adalah jeruk varietas siam madu medan. Alumnus Jurusan Teknik Industri Universitas Jenderal Ahmad Yani di Kota Bandung, Jawa Barat, itu menanam siam madu medan di lahan 5 hektare di Desa Sadu pada 25 Januari 2013. Total populasi 2.000 pohon. Bibit jeruk ia datangkan langsung dari Brastagi, Sumatera Utara, kampung halaman Bagas. "Orang tua saya pekebun jeruk di sana," ujar ayah satu anak itu.

Menurut Sustra Ginting dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Sumatera Utara, jeruk siam madu mulai dikembangkan di Sumatera Utara pada 1979, salah satunya di Kabupaten Karo. Para pekebun di sana memilih menanam jeruk siam madu lantaran rasa buah yang manis, berpenampilan menarik, mudah dikupas, dan beraroma harum. Jeruk siam madu juga relatif lebih mudah dan cepat berbuah. 

Karena sebagian besar jeruk siam madu itu ditanam di Kabupaten Karo, masyarakat di sana kerap menyebutnya dengan sebutan jeruk karo. Ada juga yang menyebutnya jeruk siam madu medan meski di Kota Medan sendiri tidak ada pekebun jeruk.

Menurut peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Ir. Arry Supriyanto, M.S., dan rekan dalam penelitian tentang keragaman jeruk siam di Indonesia, menyebutkan di Indonesia terdapat berbagai macam jenis jeruk siam Citrus nobilis. Selain memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, jeruk siam juga memperlihatkan banyak perbedaan warna kulit buah mulai dari hijau tua hingga kuning cerah serta ketebalan kulit buah. "Keragaman itu merupakan suatu kekayaan dalam plasma nutfah perjerukan nasional," ujarnya. Siam madu salah satu jenis jeruk siam yang banyak di pasaran selain siam pontianak dan siam banjar.

Jeruk manis sadu (Jema's) kini menjadi buah tangan para pengunjung yang datang ke Kabupaten Bandung. (Foto: Imam Wiguna)
Jeruk manis sadu (Jema's) kini menjadi buah tangan para pengunjung yang datang ke Kabupaten Bandung. (Foto: Imam Wiguna)
Permintaan tinggi

Para pekebun di Kabupaten Karo membudidayakan jeruk siam madu di dataran tinggi, yakni hingga berketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (m dpl). Adapun kebun milik Bagas berketinggian 900 m dpl sehingga cocok untuk pertumbuhan jeruk siam madu. Itulah sebabnya di kebun Bagas siam madu relatif cepat berbuah, yakni pada umur 3 tahun. Karakter itu mirip di daerah asalnya. Dari total 2.000 pohon, Bagas memanen rata-rata 20 ton jeruk per bulan. Ia memanen jeruk ketika sudah matang pohon. Cirinya kulit buah seluruhnya berwarna jingga.

Bagas menjual hasil panen langsung ke konsumen. Ia enggan menjual hasil panen ke tengkulak karena kerap menekan harga. Karena sasaran pasar adalah konsumen langsung, Bagas melakukan grading untuk membedakan harga jual. Untuk buah sekilogram isi 4 buah ia menjualnya dengan harga Rp60.000 per kg, isi 5 buah Rp40.000, isi 7 buah Rp30.000, isi 8 buah Rp25.000, isi 9 buah Rp20.000, dan isi 10---12 buah Rp15.000. 

Ia mengemas jeruk menggunakan kantung jaring berbahan nilon dengan bobot isi bervariasi mulai dari 1 kg hingga 3 kg per kemasan. "Kemasan tergantung permintaan konsumen. Ada juga yang dikemas dalam bentuk  parsel sebagai buah tangan," katanya. Kemasan itu kemudian diberi label dengan merek Jema's. Untuk mendongkrak penjualan Bagas menjual hasil panen melalui media sosial.

Kini jeruk Jema's sohor sebagai buah tangan khas Kabupaten Bandung. Beberapa konsumen dari seputar Kabupaten dan Kota Bandung bahkan datang langsung ke kediaman Bagas untuk memborong Jema's. Ada juga yang memesan untuk diantar langsung menggunakan jasa angkutan daring. Permintaan juga datang dari konsumen di luar kota, seperi Kota Bogor, Jawa Barat. Pengiriman biasanya dititipkan ke bus rute Bandung---Bogor.

Beberapa pasar swalayan pun kini mulai melirik Jema's dan meminta pasokan. Kini Bagas baru mampu melayani 4 perusahaan ritel besar di Kota Bandung, yaitu Lottemart, Giant, Hypermart, dan Total Buah. Total jenderal, permintaan mencapai 9 ton per pekan atau 36 ton per bulan. "Saya belum bisa penuhi karena mengutamakan para pelanggan. 

Nama Jema's besar dari konsumen perorangan. Saya tidak mau kehilangan mereka karena mengutamakan toko-toko besar," ujarnya. Itulah sebabnya kini Bagas memperluas areal tanam menjadi total 13 hektare. Ia juga bermitra dengan 7 pekebun. (Imam Wiguna)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun