Mohon tunggu...
Imam Subkhan
Imam Subkhan Mohon Tunggu... Penulis - Author, public speaker, content creator

Aktif di dunia kehumasan atau public relations, pengelola lembaga pelatihan SDM pendidikan, dan aktif menulis di berbagai media, baik cetak maupun online. Sekarang rajin bikin konten-konten video, silakan kunjungi channel YouTube Imam Subkhan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran yang membawa maslahat umat. Kritik dan saran silakan ke: imamsubkhan77@gmail.com atau whatsapp: 081548399001

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cahaya Gus Dur Tak Pernah Padam

30 Desember 2020   09:49 Diperbarui: 30 Desember 2020   12:32 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke-nyleneh-an Gus Dur selama ini dalam setiap statemennya, yang sebagian masyarakat menganggap kontroversi, ternyata diakui justru menjadi pelajaran, penggugah intelektualitas, pendobrak status quo, penerobos lingkar-lingkar primordialisme, serta pemberangus eksklusivisme dan fanatisme yang sempit. Seperti yang pernah dilontarkan dalam pandangan keagamaan, misalnya ucapan salam assalamu'alaikum supaya diganti selamat pagi, siang atau sore, Al Qur'an sebagai kitab paling porno karena menjelaskan hubungan seksual, pembolehan ucapan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain, termasuk pandangannya terhadap negeri zionis Israel, dimana Gus Dur mengusulkan untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara tersebut.

Jika orang menilai pernyataan Gus Dur hanya dari satu sudut pandang, maka hasil akhirnya adalah penyalahan dan "pengkafiran". Tetapi, jika kita mampu memandang secara multidimensi dan multiperspektif, maka hasilnya akan lain. Orang akan lebih arif, bijak, dan santun dalam memandang setiap persoalan termasuk perbedaan. Pelajaran berharga dari setiap lontaran pemikiran Gus Dur, sesungguhnya sanggup menggugah dan membuka wawasan selebar-lebarnya bagi para kaum intelektual, cendekiawan serta generasi muda, untuk lebih banyak belajar keilmuan dan pengalaman hidup.

Rekonsiliasi

Ibarat pepatah mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan budi atau jasa; Becik ketitik ala ketara. Begitulah yang bisa menggambarkan sosok Gus Dur dengan segala sepak terjangnya selama ini. Hampir semua lapisan masyarakat mengakui kebaikannya. Seperti yang ditanyakan oleh Salahuddin Wahid, adik Gus Dur kepada para peziarah dalam sambutan atas nama keluarga yang diulang sampai tiga kali "Apakah betul Gus Dur orang yang baik?" Semua yang hadir, termasuk presiden SBY mengamininya. 

Popularitas figur Gus Dur bukan hanya karena beliau merupakan mantan presiden RI ke-4, tetapi ketokohannya sudah diakui dan mengakar kuat di masyarakat, apalagi bagi warga nahdliyin. Dikarenakan beliau selama tiga periode memimpin NU yang merupakan ormas terbesar di Indonesia.

Maka tidak mengherankan, saat pemakaman jenazah cucu pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari ini yang dilakukan secara kenegaraan, telah menjadi ajang pertemuan atau silaturrahim tokoh-tokoh, pejabat dan para kyai, termasuk yang selama ini berbeda pandangan dengan almarhum, khususnya di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Seperti halnya kehadiran Muhaimin Iskandar yang juga keponakan almarhum, saat ini menjabat Menakertrans dan Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB versi pemerintah. Bahkan Cak Imin panggilan akrabnya - merasa mendapatkan wasiat dari Gus Dur untuk bisa merangkul semua pihak yang selama ini tercerai-berai akibat konflik internal di PKB.

Tokoh PKB lain yang juga ikut bertakziyah adalah Alwi Shihab (mantan ketua umum PKB), Choirul Anam (sekarang pendiri PKNU), Effendi Choirie, Syaifullah Yusuf, Marwan Ja'far, Hanif Dhakiri, Eman Hermawan, dan Helmy Faishal Zaini (pengurus DPP PKB). Selain itu, sejumlah kyai kharismatik NU dan tokoh-tokoh PKB juga hadir, seperti KH Musthofa Bisri, KH Maimun Zubair, KH Abdurrahman Chudlori, KH Fawaid As'ad, KH Idris Marzuki, KH Muchit Muzadi, KH Hasyim Muzadi, Mahfud M.D. (sekarang ketua MK), dan para tokoh penting lainnya.

Sebenarnya dari pertemuan tokoh-tokoh tersebut yang telah sekian lama tidak terjalin komunikasi yang baik dapat menjadi momentum yang tepat untuk kembali kompak dan bersatu. Banyak pihak terutama arus bawah sangat menginginkan agar kepergian Gus Dur menjadi tonggak bagi segenap kader PKB dan warga NU untuk bisa merefleksikan diri, sekaligus melakukan rekonsiliasi. Dua kubu besar yang masih terus bercokol di tubuh PKB seharusnya bisa bersatu, yaitu kubu Muhaimin Iskandar dan kubu Yenny Wahid (putri Gus Dur).

Caranya, masing-masing kekuatan harus bisa menanggalkan ego, kepentingan dan ambisi pribadi atau kelompok. Kemudian lebih mengedepankan keikhlasan dan semangat juang untuk membela kepentingan rakyat tanpa melihat posisi, rivalitas atau siapa yang memimpin, serta patuh terhadap nasihat para kyai sebagaimana tradisi di kalangan nahdliyin. Selain itu, semangat dan konsistensi Gus Dur untuk mewujudkan partai yang membawa misi keislaman inklusif, moderat, pluralis, menghargai perbedaan, dan menghormati HAM harus selalu terpatri kuat di jajaran pengurus PKB dan konstituennya.

 Jika ini terwujud, sungguh merupakan era kebangkitan dan kemenangan PKB untuk menghadapi pemilu 2014 yang akan datang. Karena kita tahu, pada pemilu 2009, tanpa dukungan dan restu Gus Dur, ternyata perolehan suara PKB tidak bisa berbicara banyak di tingkat nasional. Bisa dikatakan, tanpa Gus Dur, tidak akan ada PKB. 

Tetapi Gus Dur tetap menginginkan partai ini akan tetap eksis dan menjadi penyalur suara warga nahdliyin serta kaum wong cilik, untuk terus menyuarakan dan membela kebenaran, walaupun kehadiran jasadnya sudah tidak di tengah-tengah kita lagi. Oleh karena itu, sudah seharusnya, warga PKB dan NU yang paling terpanggil untuk memperjuangkan Gus Dur diberi gelar Pahlawan Nasional dengan terlebih dahulu melakukan rekonsiliasi. (*)

* Imam Subkhan, penulis adalah anggota komunitas pecinta Gus Dur tinggal di Jaten Karanganyar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun