Jadi slogan-slogan pongah dari para pendukung Jokowi tentang 'bersihnya' rezim ini dari praktek-praktek KKN semestinya perlu dikritisi sedemikian rupa. Penulis sedang tidak menuduh menantu Jokowi ini terlibat dalam praktek koruptif, kolutif dan nepotisme. Paling tidak berhentilah membayangkan Orde Rapopo ini jauh berbeda dengan Orde Baru. Bagi penulis sih 11-12 lah, beti, beda-beda tipis.
Ada beberapa variabel yang bisa dipakai, pertama penggunaan aparat untuk 'membereskan' para musuh politik. Kedua adalah banyaknya para rakus di episentrum kekuasaan. Seseorang yang multitasking dan offside setiap saat. Ketiga adalah perlawanan rakyat semesta karena beda kata dengan realitas dari penguasa. Keempat adalah praktek KKN yang marak. Seperti apa?
Yang paling bisa disorot adalah naiknya beberapa vokalis, musuh bebuyutan penguasa sebelumnya sebagai Komisaris. Antara otak dan mulut lebih didahulukan mulut. Itulah indikator paling primitif yang bisa dipakai untuk menemukan adanya praktek nepotisme atau tidaknya.
Salam Anti KKN!