Jokowi memang harus mempertanggungjawabkan semua pernyataan bombastisnya yang membuat rakyat memilih dirinya saat tahun 2014. Bagaimana tidak memilih Jokowi untuk dijadikan sebagai Presiden jika sejak awal dirinya telah menjual produk bernama, tidak akan menghapus subsidi BBM, menciptakan lapangan kerja puluhan juta, bank khusus nelayan, tidak akan berhutang seperti para pendahulunya dan puluhan umbaran janji-janji manis. Dan rakyat memakan janji tersebut.
Patut dan seharusnya Jokowi untuk menangguk konsekwensi saat Prabowo atas nama penantang menggunakan kembali atribusi sebagai "mewakili rakyat Indonesia menagih janji". Dan KPU tidak perlu memposisikan dirinya menjaga marwah dan bentuk-bentuk lainnya agar Jokowi tidak perlu diposisikan sedemikian rupa. Ide untuk mengajukan para timses, TKN dan BPN untuk bisa berdebat menggantikan Jokowi versus Prabowo adalah ide paling barbar yang bisa-bisanya ditawarkan oleh KPU.
Setelah menikmati kegembiraan selama empat tahun dipuja-puji secara sepihak oleh pendukung maka cukup fair rasanya Jokowi mendapati seituasi yang berbalik 180 derajat dipanggung debat nanti. Paling banter Jokowi perhari ini sebaiknya didampingi oleh pakar psikologi dan ulama yang sebenar-benar ulama untuk memberikan ketenangan bathin.Â
Bukan ulama yang mulai suka berbohong dan gemar menarik kembali beberapa fatwa yang pernah diucapkan ke publik sebelumnya. Itu ulama yang berjenis su', ulama kelas perut dan teramat cinta dunia.
Semakin getol dan habis-habisan para buzzer dan ratusan ribu bots, akun digital yang dijalankan secara berbayar untuk memproduksi spin dan cuitan sampah tentang takutnya Prabowo untuk berdebat semakin getol pula publik yang gemas dan harap-harap jengkel menunggu tontonan paling mengasyikan saat Jokowi naik ke atas panggung dan mulai di serang oleh Prabowo tentang kampanye pilpres 2014 lalu.
Salam Ujung Asyik!