tiga puluh tahun silam, disinilah
ilalang masih hijau mengarai musim
kemarau menguning luluh
sisi lebuh melafal tabel seremonial
inilah tanah rantau musafir sejati
suar dari lingkar asal
rantaupun tinggal jejak kelahiran
tautan perjalanan sematkan nadi
keriuhan fajar tagar pasar
pagi puput siang menjemput
proksi sikejut melutut lutut
fajar buta ridi terjaja kultivasi
: jayalah berjaya bukan fatamorgana
kampung terhubung kota di ujung dusun
kampung di sudut gunung denyut kota memompa jantung
begitulah ridi midi
betapa kerat musim silih berganti
sisi sisi presisi selalu terketat perinci
hingga rotasi insani segitu madani
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!