Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Baru Jokowi Hingga Runtuhnya Dinasti Mega

6 Februari 2015   17:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:43 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak lama lagi Jokowi akan menunjukan siapa diri beliau sebenarnya. Sepulang kunjungannya dari Malaysia Jokowi akan membuat peta politik di tanah air akan menjadi berwarna agak terang, tidak seperti sekarang ini yang sedikit terlihatagak gelap, sehingga bila diperhatikan raut muka politik saat ini terlihat berwarna setengah abu-abu. Jadi belum bener-benar abu-abu. Masih ada wilayah-wilayah terangnya.

Kenapa demikian? Karena selama ini Jokowimerasa dipermainkan gelombang, sehingga terombang ambing diatas kepentingan politik tertentu. Sudah saatnya Joko Widodo merdeka dalam bersikap dan tidak terintervensi oleh pihak manapun, agar pengabdian sepenuhnya tercurah untuk rakyat semata.

Sang Presiden mengistrospeksi diri selama beberapa hari ini, hati nuraninya mengatakan dengan jujur dirinya tidak melaksanakan sepenuhnya janjinya kepada rakyat dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.

Jokowi merasa dikejar-kerjar dosa karena solusi kongkrit untuk menyelesaikan kisruh KPK Polri yang diharapkan oleh rakyat banyak, ternyata belum juga dilaksanakan. Jokowi sangat merasakan ada tipu daya, rekayasa dan usaha untuk memperlakukan dirinya menjadi presiden yang mengingkari janji-janjinya dengan rakyat. Tujuannya jelas untuk menjatuhkan dirinya melalui pemakzulan.

Yang menganggu pemerintahannya melakukan tipu daya dan rekayasa besar ternyata bukan datang dari Koalisi Merah Putih (KMP),melainkan dari partai pendukungnya sendiri seperti PDI Perjuangan maupun Partai Nasdem.

Beliau merasakan tekanan dari para kader PDIP dan Nasdem yang dirasakannya semakin menggencet dan memojokan penghinaan bahkan ancaman, dan paling menyedihkan tanpa muncul pembelaan dari Ketua umum Megawati.

Tak terkecuali menko pembangunan manusia dan kebudayaan Puan Maharani, yang jelas merupakan bawahannya, masih tetap menganggap bahwa dirinya adalah sebagai petugas partai yang harus nurut apa kata Puan.

Jokowi merasakan dirinya dilecehkan terlalu jauh, sebagai seorang presiden bukannya seharusnya Puan yang harus tunduk akan tetapi malah terbalik Jokowi yang harus nurut kepada Puan.

Setelah melalui perenungan dan saran dari para pihak, diantaranya tim 9 dan para ulama kharismatik yang sudah teruji akan kredibilitas dan kejujurannya, Jokowi memutuskan untuk menunjukan dirinya sebagai Presiden yang sesungguhnya.

Sebagai presiden yang tidak dapat ditekan oleh siapapun juga termasuk oleh Megawati dan SuryaPaloh. Apalagi hanya sekedar individu yang sebenarnya hanya numpang hidup kepada partai, seperti Effendi Simbolon.

Selanjutnya Presiden memerintahkan kepada Menteri Sekretariat Negara, Menteri Sekretaris Kabinet, dan Kepala Staf Kepresidenan, agar membatasicampur tangan, atau bahkan menolak dengan orang-orang atau partai pendukung dalam hal pembuatan kebijakan dan tidak menginginkan diintervensi dalam bentuk apapun juga.

Ada langkah strategis Jokowi yang dilakukannya setelah kunjungan dari luar negeri, selain penyelesaian konflik KPK Polri yaitu:

Pertama, Jokowi mulai berlaku tegas dan sedikit keras, siapapun para pembantu-pembantu Presiden yang berasal dari partai politik harus konsisten keluar dari aktivitas partai, tanpa kecuali Puan Maharani dan dinyatakan dengan keterangan resmi partai. Bila tidak bersedia maka dipersilahkan mengundurkan diri dari Kabinet TriSakti Jokowi-JK.

Siapapaun menterinya yang menunjukan performa kurang memuaskan, bahkan membuat repot kinerja Kabinet Jokowi, maka akan dipersilahkan keluar dari pemerintahan atau harus direshuffle. Tanpa kecuali para menteri yang berasal dari PDIP.

Kedua, Presiden Joko Widodo melakukan politik terbuka tidak lagi dengan sembunyi mengkuatkan komunikasi dan kerjasama intensif dengan KMP yang telah dirintisnya melalui pertemuan dengan ketua Gerindra Prabowo Subianto yang menegaskan mendukung sepenuhnya Presiden Jokowidodo. Kerja sama dengan KMP diperluas dalam bentuk kerjasama di lembaga pemerintahandan di lembaga lainnya.

Ketiga, Presiden dengan keberanian dan ketulusannya akan memberikan masukan dan penjelasan kongkrit kepada Mega dan Surya Paloh bahwa dirinya kini bukan lagi petugas partai,bukan pelaksana koalisi, bukan pembela kepentingan kelompok. Akan tetapi akan membela kepada kepentingan bangsa dan seluruh tumpah darah negara Indonesia. Jokowi akan membela kaum lemah, rakyat miskin, menghapus segala bentuk korupsi.

Keempat, Langkah strategis yang sangat ditungu-tunggu oleh seluruh rakyat pendukung Jokowi dan simpatisan Jokowi yang datang dari dalam dan luar negeri adalah menyusun strategi pembentukan partai baru "Pro Jokowi" dimana Jokowi bakal bergabung di dalamnya dan dipercaya sebagai pembina Partai. Karena rintisannya sudah demikian matang bahkan telah memiliki struktur sedemikian lengkap mulai dari DPP,DPW, DPC, diseluruh wilayah Indonesia yang terbentuk dalam 22 DPW.

Langkah strategis keempat tinggal menunggu isyarat langsung dari Joko Widodo, terutama setelah keadaan internal PDIP dan partai pendukungterutama kisruh Polri dan KPK menjadi tenang kembali.

Dalam melakukan strategi keempat ini Jokowi akan melakukannya dengan ekstra hati-hati, mengingat demikian sensitifnya wacana pembentukan partai baru Jokowi. Aromanya memang sudah tercium di banyak kalangan politisi di DPR termasuk politisi-politisi PDIP.

Dukungan dari sebagian kader PDIP juga mengalir, demikian juga yang menolak karena khawatir dan merasa terancam seperti Effendi Simbolon, yang dengan gencarnya berusaha menterpurukan Jokowi dan orang-orang dekatnya. Kekhawatiran Effendi Simbolon dkk, karena telah dirasakannya.

Dengan lahirnya partai baru bentukan Joko Widodo, PDIP akan mengalami kemerosotan luar biasa pada Pemilu 2019 sekaligus runtuhnya dinasti Mega.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun